10 Agustus 2010

Mewaspadai Murjiah dalam Iman


Saat ini banyak kita jumpai penganut  faham  irja’, baik dikalangan orang orang awam ataupun di kalangan pengkaji ilmu. Diantara irja’ yang terjadi pada orang awam adalah ucapan mereka yang masyhur “iman itu di hati” atau kata mereka “iman adalah keyakinan” lalu mereka tidak memperhatikan amal, mereka mengabaikannya atau me nyepelekanya dengan dalih sudah cukup dengan kebaikan hati dan kebersihan niat .

Adapun irja’ yang terjadi di kalangan pengkaji ilmu atau juru dakwah, pada umumnya  bukan terletak dalam mendifinisikan iman, karena mereka telah mendifinisikannya dengan difinisi yang benar. Mereka mengatakan, “Iman adalah ucapan dengan lesan keyakinan dengan hati dan ama lan dengan anggota tubuh”. Atau mereka katakan, Iman adalah ucapan dan amalan”. Definisi iman yang mereka katakan ini adalah pendapat ahlussunah.

Namun ketika mereka menerapkan definisi tersebut di dalam realita dan khususnya dalam menerapkan nawa qidhul iman (pembatal keimanan) anda akan melihat, dimensi amal yang mereka tetapkan dalam definisi iman itu dikesampingkan, bahkan dimensi tersebut nyaris dinafikan.

Mereka –atau mayoritas di antara mereka– mengakui dan mengatakan bahwa iman itu bertambah dengan keta'atan dan berkurang dengan ma’siat. sebagaimana di katakan oleh ahlussunah. Tetapi seluruh dosa, menurut mereka, hanyalah mengurangi kesempurnaan iman saja. Tidak ada dosa-dosa yang bisa menggugurkan pokok keimanan, kecuali pada satu keadaan saja yaitu, bila perbuatan dosa itu disertai dengan pengingkaran atau istihlal (penghalalal) atau keyakinan. Begitulah mereka memandang perbuatan dan dosa-dosa secara mutlak, padahal nabi shollallohu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan di dalam sabda beliau;  “Iman itu ada tujuh puluh sekian cabang [dan dalam riwayat at-Tirmidzi dikatakan “pintu”] sedang yang pa ling utama [dalam riwayat at-Tirmidzi “yang paling tinggi”] adalah ucapan laa ilaaha illAllah, yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan sedangkan malu itu satu cabang dari iman” (HR Muslim dan Ashab as-Sunan, dari Abu Hurairah).

( Baca Selengkapnya )

Tidak ada komentar: