18 November 2008

Refleksi Ibadah Haji




Perjalanan haji merupakan simbol perjalanan panjang hidup seorang hamba menuju Allah SWT, di dalamnya terdapat banyak simbol-simbol tantang makna kehidupan sebagai hamba Allah.
Setiap tamu Allah diminta untuk membiasakan dan selalu mengucapkan kalimat talbiyah. Labbaik Allahumma Labbaik. Labbaik, La Shareek Laka, Labbaik. Innal Hamdah, Wan Nematah, Laka wal Mulk, La Shareek Laka Labbaik
“Aku datang memenuhi panggilan Mu Ya Allah , aku datang memenuhi panggilan Mu , aku datang memenuhi panggilan Mu tidak ada sekutu bagiMu, aku datang memenuhi panggilan Mu ”.

Ketika kalimat ini diucapkan seorang tamu Allah, sebenarnya ia sedang mengingatkan dirinya akan niat hidupnya di dunia. Hidup ini harus selalu dilandasi niat memenuhi panggilan Ilahi Rabbi, sebagaimana dalam melaksanakan ibadah haji niat kita harus dilandasi motivasi memenuhi panggilan Allah semata, bukan mengejar gelar haji, atau berdagang apalagi bertamasya. Begitu juga hendaknya niat hidup kita di dunia hanya demi menggapai ridho Ilahi. Bukan untuk mengejar kekayaan, pangkat, kekuasaan, atau popularitas.
Kalimat talbiyah memastikan kelurusan niat dalam menapaki segala langkah hidup di dunia. Inilah makna firman Allah SWT :
“Maka bersegeralah menuju Allah.” (QS Adz-dzaariyaat ayat 50)

( Baca Selengkapnya )

11 November 2008

Sa'ad bin Abi Waqqos rodliallahu 'anhu


Di zaman Rasulullah tersebutlah seorang pemuda berusia tujuh belas tahun yang bernama Saad bin Abi Waqqash. Suatu hari pemuda itu berkata, "Pada suatu malam, di tahun ini, saya bermimpi seolah-olah tenggelam di dalam kegelapan yang bertumpuk-tumpuk. Ketika saya terbenam di dalam kegelapan itu, tiba-tiba ada cahaya bulan yang menerangiku. Saya kemudian mengikuti arah cahaya itu dan saya dapati di sana ada sekelompok manusia, di antara mereka terdapat Zaid bin Haritsash, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Bakar Ash-Shidiq. Saya bertanya, "Sejak kapan kalian ada di sini?" Mereka menjawab, "Satu jam."

Manakala siang telah muncul, saya mendengar suara dakwah Muhammad saw. kepada Islam. Saya meyakini bahwa saya sekarang berada di dalam kegelapan dan dakwah Muhammad saw. adalah cahaya itu. Maka, saya pun mendatangi Muhammad dan aku dapati orang-orang yang kujumpai dalam mimpi, ada di samping beliau. Maka, aku pun masuk Islam.

Tatkala ibu Sa'ad mengetahui hal ini, dia mogok makan dan minum, padahal Sa'ad sangat berbakti kepadanya sehinga dia merayunya setiap waktu mengharapkannya untuk mau makan walau hanya sedikit, tapi ibunya menolak. Manakala Sa'ad melihat ibunya tetap teguh berpendirian, dia berkata kepadanya, "Wahai ibu! Sesungguhnya saya sangat cinta kepadamu, namun saya lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah, seadainya engkau mempunyai seratus nyawa lalu keluar dari dirimu satu persatu, aku tidak akan meninggalkan agamaku ini demi apapun juga."

( Baca Selengkapnya )

Keutamaan Mengingat Mati



Semua orang takut mati, tetapi ada yang berlebihan sekali, ada pula yang takutnya itu sedikit saja, bahkan ada yang tak takut sama sekali, malah berani dan ingin mati. Ketakutan terhadap mati adalah karena dua hal :-

Karena kurang atau tidak adanya pengetahuan tentang mati, keadaan mati dan keadaan selepas mati adalah gelap. Semua orang takut menempuh tempat yang gelap dan tidak diketahui.
Karena doa dan kesalahan yang sudah bertumpuk dan tidak bertaubat, sehingga mendengar kata mati sudah terbayang azab dan siksa yang diperolehinya, akibat dosa dan kesalahan tadi.
Agama Islam melarang orang ingin cepat mati, agar dapat hidup melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya. Dan kalau ingin hidup lama adalah dengan tujuan agar dapat semakin banyak melakukan kebaikan, bukan pula untuk dapat lebih banyak menumpuk kenikmatan harta dan kekayaan serta keturunan.

Ada beberapa petunjuk Rasullullah s.a.w. untuk selalu zikrul maut (ingat akan mati) ini, antara lain :-

1. Perintah memperbanyak mengingati mati :
"Perbanyaklah mengingat-ingat sesuatu yang melenyapkan dan menjadikannya segala macam kelazatan (kematian)." ( Riwayat At-Turmudzi )

2. Kematian sebagai penasihat pada diri sendiri :
"Cukuplah kematian itu sebagai penasihat." ( Riwayat Ath-Thabrani dan Baihaqy )

3. Orang yang berilmu ialah orang yang banyak mengingati mati :
"Secerdik-cerdik manusia ialah yang terbanyak ingatannya kepada kematian serta yang terbanyak persiapannya uantuk menghadapi kematian itu. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar cerdik dan mereka akan pergi ke alam baka dengan membawa kemuliaan dunia dan akhirat." ( Riwayat Ibnu Majah dan Abiddunya )

( Baca Selengkapnya )

08 November 2008

Hafizh Qur'an yang Buta dapat Haji Gratis



Republik, Sabtu, 08 November 2008 pukul 11:14:00

Muhammad Hafidz (20) tetap optimistis bakal menjadi haji mabrur usai menunaikan ibadah haji 1429 H meski menyadari dirinya hanya seorang tunanetra dan pasti menghadapi tantangan yang lebih berat.

"Yang penting ada yang menuntun saya," kata Hafidz yang sudah buta sejak lahir merujuk pada ibunya Halimah (55) yang juga berhaji bersamanya dan diharapkan bersedia menuntunnya.

Jemaah calon haji dari Kloter I JKG ini bersama ibunya memperoleh hadiah menunaikan ibadah haji dari seorang Hamba Allah yang terkagum-kagum padanya dan ibunya yang hafal Al Quran (hafidz Qur`an).

"Saya menghafalkan Qur`an dengan mendengarkan kaset," kata Hafidz yang kegiatan sehari-harinya hanya mengaji dan tidak pernah bersekolah itu.

Hafidz yang kala itu memakai baju koko putih, celana putih dan peci serta duduk di kursi roda itu mengaku juga buta huruf latin, bahkan huruf Braille pun masih baru mulai belajar dan menghapal huruf bertitik-titik dari A sampai Z.

Bungsu dari tujuh bersaudara yang hidup bersahaja di kawasan Kampung Ambon, Rawamangun itu mengaku bahagia dan berterima kasih pada seorang Hamba Allah yang baik hati membiayai dia dan ibunya berangkat ke tanah suci.

"Saya sangat bahagia, meski saya tak bisa melihat saya juga ingin berhaji," katanya di depan ibunya yang juga mengenakan pakaian putih-putih dan tampak terharu.


05 November 2008

Jalan Golongan yang Selamat



Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai.” (Ali Imran: 103)

“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (Ar-Ruum: 31-32)

Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Aku wasiatkan padamu agar engkau bertakwa kepada Allah, patuh dan ta’at, sekalipun yang memerintahmu seorang budak Habsyi. Sebab barangsiapa hidup (lama) di antara kamu tentu akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Karena itu, berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah khulafa’ur rasyidin yang (mereka itu) mendapat petunjuk. Pegang teguhlah ia sekuat-kuatnya. (Dan hati-hatilah terhadap setiap perkara yang diada-adakan, karena semua perkara yang diada-adakan itu adalah bid’ah, sedang setiap bid’ah adalah sesat (dan setiap yang sesat tempatnya di dalam Neraka).”HR. Nasa’i dan At-Tirmi-dzi, ia berkata hadits hasan shahih).

Dalam hadits yang lain Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tem-patnya di dalam Neraka dan satu golongan di dalam Surga, yaitu al-jama’ah.” (HR. Ahmad dan yang lain. Al-Hafidh menggolongkannya hadits hasan)

Dalam riwayat lain disebutkan:
“Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para sahabatku meniti di atasnya.” (HR. At-Tirmidzi, dan di-hasan-kan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ 5219)

Ibnu Mas’ud meriwayatkan:
“Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam membuat garis dengan tangannya lalu bersabda, ‘Ini jalan Allah yang lurus.’ Lalu beliau membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan yang sesat tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya ter-dapat setan yang menyeru kepadanya. Selanjutnya beliau mem-baca firman Allah, ‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus maka ikutilah dia janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (Al-An’am: 153) (Hadits shahih riwayat Ahmad dan Nasa’i)

(  Baca Selengkapnya )

Islam Sebagai Penyeimbang



Akhir-akhir ini seperti sudah menjadi keharusan opini di berbagai media massa, bahwa di zaman globalisasi, corak keberislaman yang ‘baik’ adalah menjadi Muslim yang moderat, artinya bukan menjadi Muslim yang liberal atau yang radikal (fundamental). Istilah “moderat” ini dimunculkan dan dipopulerkan oleh berbagai kalangan, baik cendekiawan, kepala Negara/pemerintahan Muslim, atau tokoh-tokoh agama. Apakah sebenarnya makna “Islam moderat”, yang kadang-kadang disamakan dengan istilah “ummatan wasatha”?

Selama ummat ini masih menempuh shiratal mustaqim, jalan yang lurus, selama itu pula mereka akan tetap menjadi ummat jalan tengah.” Dengan posisi sebagai ummatan wasathan itu, maka umat Islam akan menjadi saksi atas umat yang lain. Kata Hamka: “Umat Muhammad menjadi ummat tengah dan menjadi saksi untuk ummat yang lain, dan Nabi Muhammad saw menjadi saksi pula atas ummatnya itu, adakah mereka jalankan pula tugas yang berat tetapi suci ini dengan baik?” Itulah makna “ummatan wasathan”, umat pertengahan, umat yang adil, umat yang menjadi saksi atas ummat yang lain, dengan menyampaikan risalah Islam kepada seluruh umat manusia. Dengan pandangan dan sikap ‘wasatha’, setiap Muslim dilarang melakukan tindakan ‘tatharruf’ atau ekstrim dalam menjalankan ajaran agama. Umat Islam merupakan umat penyeimbang dari umat umat-umat agama lain. Umat Islam mampu menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat, tidak terlalu materialis duniawi, seperti kaum Yahudi atau meninggalkan kehidupan dunia seperti berbagai pemeluk agama lainnya. Umat Islam menyeimbangkan antara aspek jasmani dan ruhani. Itulah makna umat wasathan, umat pertengahan.

( Baca Selengkapnya )