25 Desember 2010

Imam Hanafi, Ulama yang Berani Menolak Tawaran Penguasa


Imam Abu Hanifah atau Imam Hanafi dikenal sebagai seorang alim dalam ilmu fikih di Iraq. Beliau seorang imam Mazhab yang besar dalam dunia Islam. Di antara empat mazhab yang terkenal, hanya ia yang bukan orang Arab, yaitu dari Persia. Lahir di sebuah kota bernama Kufah pada tahun 80 Hijrah, bertepatan dengan 699 Masehi. Ketika itu pemerintahan Islam di tangan Abdul Malik bin Marwan, dari keturunan Bani Umayyah. Kepandaiannya tidak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai seorang yang mengerti betul tentang ilmu fikih, ilmu tauhid, dan juga ilmu hadis. Beliau juga pandai dalam ilmu sastera dan hikmah.

Dalam kesehariannya, ia dikenal sebagai seorang yang bertakwa dan saleh. Seluruh waktunya lebih banyak diisi dengan amal ibadah. Jika berdoa, matanya bercucuran air mata demi mengharapkan keridaan Allah Subhanahu wa ta'alaa. Dia adalah seorang yang kokoh dan kuat jiwanya, selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan beribadat dan berakhlak karimah. Setiap harinya, disamping sangat rajin menunaikan kewajiban, beliau pun jarang tidur dengan pulas meski malam hari. Tiap-tiap malam yang akhir, beliau selalu shalat lail dan membaca Al-Qur'an sampai khatam. Imam Syaqiq al Balkhi berkata: "Imam Abu Hanifah adalah seorang yang terhindar jauh dari perbuatan yang dilarang oleh agama; ia sepandai-pandai orang tentang ilmu agama dan seorang yang banyak ibadahnya kepada Allah; amat berhati-hati tentang hukum-hukum agama."
Imam Ibrahim bin Ikrimah berkata: "Di masa hidupku, belum pernah aku melihat seorang alim yang amat benci kemewahan hidup dan yang lebih banyak ibadahnya kepada Allah dan yang lebih pandai tentang urusan agama, selain Imam Abu Hanifah."

Ujian Berat

Imam Abu Hanifah terkenal berani dalam menegakan kebenaran yang telah diyakini. Berani dalam pengertian yang sebenarnya, berani yang berdasarkan bimbingan wahyu Ilahi. Beliau tak bagitu cinta terhadap kemewahan hidup, maka dari itu tak sedikit pun hatinya khawatir menderita sengsara. Karena menurutnya, sunnatulah masih berlaku bagi manusia, yaitu bahwa orang yang cinta kemewahan hidup di dunia biasanya menjadi panakut, tidak berani menegakan kebenaran yang diridai Allah.

Beliau adalah seorang yang apabila melihat kemungkaran atau maksiat, dengan seketika itu juga berusaha memusnahkannya. Sifat kelunakan segera lenyap dari hatinya, dan merah kedua matanya, kemudian bertindak keras terhadap kejahatan atau kemungkaran yang diketahuinya. Beliau berani menolak kedudukan yang diberikan oleh kepala negara; berani menolak pangkat yang ditawarkan oleh pihak penguasa waktu itu dan tidak sagggup menerima hadiah dari pemerintah berupa apapun juga. Hingga karenanya beliau ditangkap dan ditahan dalam penjara, dipukul, didera, dan dianiaya di penjara sampai menyebabkan kematiannya. Yang demikian itu karena beliau seorang pemberani dalam menegakan kebenaran yang diyakininya.

Suatu hari Gubernur Iraq Yazid bin Amr menawarkan jabatan Qadli kepada Imam Hanafi, tetapi beliau menolaknya. Tentu saja sang Gubernur tersingggung dan kurang senang. Perasaan kurang senang itu menumbuhkan rasa curiga. Oleh sebab itu, segala gerak-gerik Imam Hanafi diamat-amati. Kemudian pada suatu hari beliau diberi ancaman hukum cambuk atau penjara manakala masih jua menolak tawaran itu. Sewaktu mendengar ancaman tersebut, Imam Hanafi menjawab: "Demi Allah, aku tidak akan menduduki jabatan yang itu, sekalipun aku sampai dibunuh karenanya."
Akibat penolakan tersebut, Imam hanafi dimasukkan penjara dan dicambuk sebanyak 110 kali. Sekalipun demikian beliau tetap bersikeras pada pendirian semula.

Ketika keluar penjara, tampak di wajahnya bengkak-bengkak bekas cambukan. Hukuman cambuk itu memang semacam hukuman yang hina. Gubernur sengaja hendak menghinakan diri beliau yang sebenarnya mulia itu. Hukuman itu oleh Imam Hanafi disambut dengan penuh kesabaran serta dengan suara bersemangat beliau berkata: "Hukuman dunia dengan cemeti masih lebih baik dan lebih ringan bagiku tinimbang cemeti di akherat nanti."

Padahal beliau sudah berusia agak lanjut, kurang lebih 50 tahun. Imam Abu Hanifah di usia itu sempat menyaksikan peralihan kekuasaan negara, dari tangan bani Umayyah ke tangan bani Abbasiyyah. Sebagai kepala negara pertama adalah Abu Abbas as Saffah. Sesudah itu digantikan oleh Abu Ja'far al Manshur, saudara muda dari Khalifah sendiri. Pada masa pemerintahan Abu Ja'far, Imam Abu Hanifah mendapat panggilan ke Bagdad. Sesampai di istana, beliau ditunjuk dan diangkat menjadi hakim (qadhi) kerajaan di Baghdad. Waktu itu Abu Ja’far bersumpah bahwa Imam Hanafi harus menerima jabatan itu. Tawaran jabatan setinggi itu beliau tolak dan bersumpah tidak akan sanggup mengerjakannya.

Di tengah pertemuan ada seorang yang pernah menjadi santrinya dan sekarang menjadi pegawai kerajaan, tiba-tiba memberanikan diri berkata kepada beliau: "Apakah guru akan tetap menolak kehendak Baginda, padahal Baginda telah bersumpah akan memberikan kedudukan tinggi kepada guru?" Imam Hanafi dengan tegas menjawab: "Amirul mu'minin lebih kuat membayar kifarat sumpahnya dari pada saya membayar kifarat sumpah saya."
Oleh karena tetap menolak pengakatan itu, maka sebagai ganjarannya Imam Abu Haniafah ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara Baghdad. Suatu hari ia dipanggil menghadap istana. Abu Ja’far berkata: "Adakah engkau telah suka dalam keadaan seperti ini?"
Jawabnya tenang, "Semoga Allah memperbaiki Amirul Mu'minin! Wahai Amirul Mu'minin takutlah engkau kepada Allah, dan janganlah engkau bersekutu dalam kepercayaan engkau dengan orang yang tidak takut kepada Allah! Demi Allah, saya bukanlah orang yang bisa dipercaya di waktu tenang. Maka bagaimana mungkin saya menjadi orang yang bisa dipercaya di waktu marah? Sungguh saya tidak sepatutnya diberi jabatan yang sedemikian itu!"

Baginda berkata: "Kamu berdusta, karena kamu patut memegang jabatan itu!"
"Ya Amirul Mu'minin! Sesungguhnya baginda telah menetapkan sendiri (bahwa saya seorang pendusta). Jika saya benar, saya telah menyatakan bahwa saya tidak patut menjabat itu, dan jika saya berdusta, maka bagaimana Baginda akan mengangkat seorang hakim yang berdusta? Di samping itu, saya ini adalah seorang hamba yang dipandang rendah oleh bangsa Arab, dan mereka tidak akan rela diadili oleh seorang golongan hamba (maula) seperti saya ini."
Amirul mu'minin merasa tak mampu lagi membujuk dan melunakan ketegaran pendirian sang Imam. Maka ia bermaksud memangggil ibunda Imam Abu Hanifah yang waktu itu hidup pada usia sepuh. Sang Ibu diperintahkan agar berkenan membujuk anaknya agar menerima jabatan tersebut. Tetapi segala macam bujukan dan daya upaya sang Ibu selalu ditolak dengan halus dan keterangan yang sopan.

Pada suatu hari sang Ibu berkata, "Wahai Nu'man! Anakku yang kucintai! Buang dan lemparkan jauh-jauh pengetahuan yang telah engkau punyai ini, kecuali penjara, pukulan cambuk dan kalung rantai besi (akan menyiksamu) !"
Perkataan yang sedemikian itu, hanya dijawab oleh beliau dengan lemah lembut dan senyuman manis: "O... ibu! Jika saya menghendaki akan kemewahan hidup di dunia ini, tentu saya tidak dipukuli dan tidak dipenjarakan. Tetapi saya menghendaki akan keridaan Allah Subhanahu wa ta'alaa semata-mata, dan memelihara ilmu pengetahuan yang telah saya dapati. Saya tidak akan memalingkan pengetahuan yang selama ini saya pelihara kepada kebinasaan yang dimurkai Allah. [Masruli Abidin/aql/hidayatullah.com]

Muslim Inggris Kampanye Poster "Kejahatan Natal"


Kelompok Islam Inggris telah meluncurkan kampanye nasional berupa poster mencela Natal dan menyebutnya sebagai kejahatan. Pihak penyelenggara berencana untuk memasang ribuan plakat dan poster di sekitar Inggris yang mengklaim musim libur Natal bertanggung jawab atas perkosaan, kehamilan remaja, aborsi, pergaulan bebas, kejahatan dan pedofilia.

Mereka berharap kampanye ini akan membantu 'menghancurkan Natal' di negeri Inggris dan mengakibatkan warga Inggris masuk Islam sebagai gantinya. Anggota parlemen dari partai Buruh dan juga anti rasis Jim Fitzpatrick mengecam poster-poster tersebut yang ia anggap 'sangat menyinggung' dan menuntut poster-poster itu segera dirobek.

Poster/spanduk, telah muncul di beberapa bagian kota London, poster ditampilkan dengan warna yang meriah dengan gambar Bintang Betlehem di atas pohon Natal. Tetapi di bawah spanduk diumumkan 'kejahatan Natal' dengan fitur sebuah pesan lagu yang mengejek 12 Hari Natal. Bunyinya: "Pada hari pertama Natal, kekasihku memberiku sebuah STD (penyakit seksual menular). Pada hari kedua hutang, pada hari ketiga perkosaan, keempat kehamilan remaja dan kemudian aborsi. "

Menurut poster, Natal juga untuk bertanggung jawab atas kesyirikan (paganisme), kekerasan dalam rumah tangga, tunawisma, kekerasan umum (vandalisme), alkohol dan obat-obatan. Pelanggaran lain dari Natal, adalah dengan menyatakan, serta mengklaim Tuhan memiliki anak. Bagian bawah poster tersebut menyatakan: "Dalam Islam kita dilindungi dari semua kejahatan. Kami menikah, memiliki keluarga, kehormatan, martabat, keamanan, hak untuk pria, wanita dan anak-anak. "

Penyelenggara kampanye adalah Abu Rumaysah (27 tahun), yang pernah menyerukan Hukum Syari'ah di Inggris pada konferensi pers yang diadakan oleh pengkhotbah Anjem Choudary pemimpin kelompok Islam4UK. Abu Rumaysah mengatakan kepada Daily Mail bahwa dirinya tidak peduli aksinya tersebut menyinggung umat Kristen. Dia berkata: "Natal adalah dusta dan sebagai muslim adalah tugas kami untuk menyerang perayaan itu."
"Tapi serangan utama kami adalah pada buah (dampak dan akibat) dari Natal, hal-hal seperti penyalahgunaan alkohol dan pergaulan bebas yang meningkat selama Natal dan semua kejahatan lainnya yang menyebabkan aborsi, kekerasan domestik dan kejahatan.

"Kami berharap bahwa kampanye ini akan membuat orang menyadari bahwa Islam adalah satu-satunya cara untuk menghindari kejahatan dari Natal dan mau masuk Islam."
Abu Rumaysah, mengatakan kampanyenya tidak terkait dengan kelompok manapun, menegaskan bahwa poster-poster akan disiapkan di kota-kota di seluruh negeri, termasuk London, Birmingham dan Cardiff. Poster-poster yang dipasang tampaknya dicetak secara profesional.

24 Desember 2010

Masjid di Eropa dan AS yang Semula Gereja


Sampai tahun 1453, Hagia Sophia ( bahasa Arab: آيا صوفيا , (bahasa Turki: Aya Sofya; bahasa Yunani: Aγια Σοφία, "Kebijaksanaan Suci"), Sancta Sophia dalam bahasa Latin atau Aya Sofya dalam bahasa Turki) adalah sebuah gereja ini sering jatuh bangun dihantam gempa, meski bangunannya dibuat berbentuk kubah. Pada 7 Mei 558, di masa Kaisar Justinianus, kubah setelah timur runtuh terkena gempa. Pada 26 Oktober 986, pada masa pemerintahan Kaisar Basil II (958-1025, kembali terkena gempa).

Akhirnya renovasi besar-besaran dilakukan agar tak terkena gempa di awal abad ke-14. Keistimewaan bangunan ini terletak pada bentuk kubahnya yang besar dan tinggi. Ukuran tenghnya 30 m. Tinggi dan fundamennya 54 m. Interiornya dihiasi mosaik dan fresko, tiang-tiangnya terbuat dari pualam warna-warni, dan dindingnya dihiasi ukiran.

Saat Konstantinopel ditaklukkan Sultan Mehmed II pada hari Selasa 27 Mei 1453 dan memasuki kota itu, Mehmed II turun dari kudanya dan bersujud syukur kepada Allah, lalu pergi ke Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan mengubahnya menjadi masjid yang dikenal dengan Aya Sofia. Jumatnya langsung diubah menjadi masjid untuk salat Jumat.

Berbagai modifikasi terhadap bangunan segera dilakukan agar sesuai dengan corak dan gaya bangunan mesjid. Pada masa Mehmed II (1444-1446 dan 1451-1481) dibuat menara di selatan. Selim II (1566-1574) membangun 2 menara dan mengubah bagian bangunan bercirikan gereja. Termasuk mengganti tanda salib yang terpampang pada puncak kubah dengan hiasan bulan sabit.

Lantas selama hampir 500 tahun Hagia Sophia berfungsi sebagai mesjid. Patung, salib, dan lukisannya sudah dicopot atau ditutupi cat.

Di abad ke-21 ini, seiring meningkatnya jumlah Muslim di Eropa dan Amerika akibat dari arus Urbanisasi, angka kelahiran muslim dan bertambahnya jumlah mu’alaf di negara-negara tersebut serta meningkatnya kebutuhan akan sarana Ibadah Muslim, hal ini telah menimbulkan fenomena baru dengan berubah fungsinya Gereja-gereja menjadi Masjid dan tempat ibadah dari agama lain. Berikut ini beberapa cuplikan artikel yang berhasil kami himpun akan fenomena ini. Kaum muslimin di Belanda berusaha keras untuk mewujudkan Masjid an-Nashr di kota Routerdam dalam penampilan barunya setelah diumumkan adanya sebuah proyek besar untuk renovasi bangunan yang asalnya adalah sebuah gereja yang berhasil dibeli oleh minoritas muslim dari pengurus gereja.

Panitia pembaharuan masjid berkeinginan untuk menjadikan masjid tersebut sebagai masjid terbesar di benua Eropa, serta ingin menambahkan bangunan-bangunan lain untuk penyempurnaan fungsi masjid sebagai lembaga sosial dan kebudayaan di samping fungsinya sebagai tempat peribadatan. Ali at-Tasyi, Direktur Yayasan Masjid an-Nashr menjelaskan bahwa masjid akan mengalami pembaharuan dalam penampilan dan pelebarannya setelah beberapa pihak tertentu pada tahun-tahun terakhir ini menutup sebagian lokasi masjid karena rapuh dan hampir runtuh.At-Tasyi menambahkan: “25 tahun yang lalu kami mampu membeli bangunan tersebut seharga setengah juta Euro, dan bangunan masjid ini dulunya adalah sebuah gereja, lalu kaum muslimin membelinya pada tahun 1982.”

( Baca Selengkapnya )

23 Desember 2010

Teror pada Muslim AS

-Menjadi seorang muslim di negara yang mayoritas non-muslim memang butuh keteguhan hati. Paling tidak tatkala tekanan dari berbagai penjuru datang, seorang muslim dapat berdiri tegak menghadapi. Kondisi demikianlah yang menimpa seorang ayah di New Jersey. Namanya Muhammad Kahlil. Saat ini ia tengah berjuang di pengadilan agama setempat untuk mendapat hak untuk mengasuh anak semata wayangnya. Namun apa daya, hukum setempat berbicara lain. Pengajuannya ditolak. Ia tidak diperkenankan alias dilarang mengasuh anak laki-lakinya hanya karena dirinya seorang muslim.

Kahlil mengatakan, dengan mengutip pengacaranya, bahwa dirinya secara terbuka tidak akan mendapatkan kembali hak asuh anaknya. Kahlil sudah tidak bertemu dengan anaknya yang berumur enam tahun sejak anaknya itu dibawa ibunya dari rumah dan tinggal bersama orang tua angkat tanpa alasan yang tidak diketahui, karena alasan privasi hukum.

Kahlil sudah tidak menetap di tempat tersebut dan telah berpisah dengan ibu dari anak tersebut. Kahlil mengatakan kepada pengacaranya bahwa ia ingin kasusnya ditutup sehingga tidak terpublikasi. Akhirnya, Kahlil mengatakan bahwa ia hanya ingin anak laki-laki kecilnya itu kembali. "Saya hanya ingin anak saya. Saya ingin anak saya," ujarnya berulang-ulang kali yang memecahkan telinga. "Saya berpikir, saya telah mendapatkan semua alasan untuk mendapatkan anak saya kembali, dengan memberikannya mainan, bermain bersamanya," tuturnya lagi.


Kahlil mengaku telah bekerja sama dengan pengacara lain sebelumnya, tapi dalam perkembangan kasusnya tidak pernah ada saksi. Departemen Anak dan Keluarga mengatakan telah "menyadari kejadian (kasus) yang dituduhkan tersebut " dan "mencari solusi dari tuduhan tersebut."

Staf Departemen mengatakan, pembicaraan tekait kasus Kahlil masih terus berlangsung dengan Lembaga Hubungan Islam-AS (Council on American Islamic Relations), yang akan membantu Kahlil dalam mendapatkan haknya. Sementara dalam konferensi persnya, Selasa (21/12) kemarin, Muhammaed Khalil mengatakan kepada Divisi Remaja dan Pelayanan Keluarga Pekerja bahwa dirinya menerima serangkaian penghinaan saat saat berada di Restoran Paterson yang ramai pengunjung.

Kahlil, pemegang kartu hijau dari Mesir itu, mengatakan seroang pengacara menanyakan kepadanya "dimana pisau kamu? Kamu akan menggorok leher saya" dan dia juga menanyakan "dimana bom yang kau simpan di dalam tubuhmu?" Perempuan muslim lainnya, Sandy Dahmra, yang bersama Kahlil di restauran, dengan menduga-gua mengatakan, "pulang sana ke kampung halaman mu." Baik Kahlil dan Dahmra, mereka juga menerima perkataan langsung, termasuk seorang "teroris," "pengikut atau pencinta Bin Laden" dan "Kenapa kamu tidak menghubungi Tuhanmu." REPUBLIKA.CO.ID, PATERSON, N.J.-

22 Desember 2010

Rekomendasi Blog tentang Pemurtadan dan Pemusliman


Blog ini secara khusus berisi tentang apologi islami dan comparative religion untuk menanggapi maraknya gerakan pemurtadan dan kristenisasi yang dilancarkan oleh para misionaris melalui buku-buku dan brosur yang menghujat Islam.

Blog ini hadir didasari dengan keyakinan bahwa segala kemungkaran harus dicegah dan dilawan dengan segenap kemampuan, yang dalam terminologi Islam dikenal dengan nahi mungkar sesuai dengan Sabda Nabi Muhammad SAW:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِْيمَانِ

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah merubah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisan. Jika tidak maka rubahlah dengan hati, tapi yang demikian itu adalah selemah-lemah iman” (HR. Muslim).

Dalam kacamata Alkitab, nahi mungkar ini sesuai dengan amanat Yesus:
“Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia” (Lukas 17:3).

Semoga blog ini bermanfaat.

A. Ahmad Hizbullah MAG

Mewaspadai Pemurtadan via Pendangkalan Aqidah


Ketika Orde Baru jaya, banyak para pejabat yang tidak percaya adanya kristenisasi besar-besaran yang telah terjadi di Indonesia. Tetapi setelah dikeluarkan buku “Fakta dan Data” tentang kristenisasi di Indonesia oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, semua pihak terperangah dan yakin bahwa pihak misionaris zending telah bekerja keras siang-malam untuk mengkristenkan umat Islam secara khusus.

Pada Orde Reformasi mereka semakin berani melakukan kristenisasi secara terbuka bahkan keji. Mereka menggunakan Al-Qur`an dan Hadits dengan diputarbalikkan untuk membenarkan ajaran sesat mereka, dan untuk mengelabui umat Islam. Gerakan kristenisasi bergerilya dengan kedok “dakwah ukhuwwah” dan “shirathal mustaqim” secara gencar dan tersembunyi, gerakan itu dikoordinasi oleh Yayasan NEHEMIA yang dipelopori Dr. Suadi Ben Abraham, Kholil Dinata dan Drs. Poernama Winangun alias H. Amos.

Mereka telah mengeluarkan beberapa buku diantaranya:
1. Upacara Jama`ah Haji
2. Ayat-ayat yang menyelamatkan
3. Isa `alaihis salam dalam pandangan Islam
4. Riwayat singkat pusaka peninggalan Nabi Muhammad saw
5. Membina kerukunan umat beragama
6. Rahasia jalan ke surga
7. Siapakah yang bernama Allah itu?

( Baca Selengkapnya )

Tina Styliandou: Dulu Aku Diajari untuk Membenci Islam

Saya lahir di Athena, Yunani, dari orang tua penganut Kristen Ortodok Yunani. Keluarga ayah saya tinggal di Istanbul, Turki, hampir di seluruh hidup mereka. Ayah pun lahir dan besar di sana. Mereka keluarga sejahtera, berpendidikan baik dan seperti sebagian besar Kristen Ortodok yang tinggal di negara Islam, mereka sangat berpegang teguh dengan ajaran agama. Tiba masa ketika pemerintah Turki memutuskan menendang mayoritas keturunan Yunani keluar dari negara itu dan menyita kekayaan, rumah serta bisnis mereka. Kondisi itu memaksa keluarga ayah saya kembali ke Yunani dengan tangan kosong. Ini yang dilakukan Muslim Turki dan itu yang mengesahkan, menurut mereka, untuk membenci Islam. Keluarga Ibu saya tinggal di sebuah pulau Yunani di perbatasan antara Yunani dan Turki. Selama serangan Turki berlangsung, Turki menguasai pulau tersebut, membakar rumah-rumah. Demi keselamatan, penduduk pulau pun melarikan diri di daratan utama Yunani. Lebih banyak alasan lagi untuk membenci Muslim Turki.

Yunani, lebih dari 400 tahun dikuasai Turki. Akhirnya kami, kaum muda Yunani diajarkan untuk meyakini bahwa setiap kejahatan yang dilakukan terhadap Yunani, adalah tanggung jawab Islam. Jadi, selama beratus tahun kami diajari, dalam buku-buku sejarah dan agama, untuk membenci dan mengolok-olok agama Islam. Dalam buku kami, Islam bukanlah sebuah agama dan Rasul Muhammad saw. bukanlah nabi. Ia hanyalah seorang pemimpin dan politisi sangat cerdas yang mengumpulkan aturan dan hukum dari kitab Yahudi dan Kristen. Lalu ia menambahi dengan ide-idenya sendiri dan menguasai dunia. Di sekolah, kami bahkan diajari untuk mengolok-olok dia, istrinya serta sahabat-sahabatnya. Semua 'karikatur' dan lelucon kasar terhadapnya--yang dipublikasikan di banyak media saat ini--adalah bagian dari pelajaran kelas dan ujian kami!.

Alhamdulillah, Allah melindungi hati saya dan kebencian terhadap Islam tak pernah memasuki kalbu. Bantuan terbesar bagi saya mungkin dari dua orang tua yang bukanlah sosok relegius. Mereka jarang mempraktekkan ritual keagamaan dan hanya datang ke gereja saat ada pernikahan dan pemakaman. Alasan yang membuat ayah saya menarik diri dari agamanya ialah korupsi yang ia saksikan dilakukan para pendeta setiap hari. Bagaimana mungkin orang-orang ini berkotbah tentang Tuhan dan kebaikan tapi pada saat bersamaan mencuri dari dana gereja, membeli vila dan memiliki mobil Mercedes serta menyebarkan gagasan homoseksual di kalangan mereka sendiri? Apakah ini perwakilan yang benar dari agama yang akan memandu kami, mengoreksi kami dan mendekatkan kami kepada Tuhan. Ayah saya muak dengan mereka dan itulah yang membuat ia menjadi atheis. Gereja-gereja pun mulai kehilangan jemaat, paling tidak di negara saya, karena aksi para pendeta.

Tak Puas dengan Keyakinan Awal

Sebagai remaja, saya mencintai buku dan membaca banyak. Saya sendiri tidak pernah benar-benar puas dengan Kristen yang saya peluk. Saya mempercayai Tuhan, rasa takut dan cinta kepadanya, namun yang lain sungguh membingungkan saya. Saya mulau mencari namun saya tak pernah mencari dan memelajari Islam. Mungkin karena latar belakang pendidikan saya bertentangan dengan ajaran ini.

Namun alhamdulillah, Ia mengasihi jiwa saya dan memandu saya kepada cahaya. Ia mengirimkan ke hidup saya seorang suami, lelaki Muslim yang menumbuhkan cinta ke dalam hati saya. Kami saat itu menikah tanpa memedulikan perbedaan agama. Suami saya selalu bersedia menjawab pertanyaan apa pun yang terkait agamanya, tanpa merendahkan keyakinan saya--bagaimanapun salahnya mereka. Ia tak pernah menekan atau bahkan meminta saya untuk berpindah agama.

Setelah tiga tahun menikah, memiliki kesempatan mengenal Islam lebih jauh dan membaca Al Qur'an langsung, dan juga buku-buku agama lain, saya pun meyakini tak ada sesuatu yang bersifat trinitas. Muslim meyakini hanya Satu Tuhan yang tak bisa disandingkan dengan apa pun. Tidak memiliki anak, pasangan dan tidak ada sesuatu di muka bumi yang berhak disembah selain Dia. Tidak ada satupun yang berbagi keesaannya dengan-Nya dan juga sifat-sifat-Nya.

Menjadi Muslim

Saya pun memeluk Islam. Namun saya menyembunyikan agama baru dari orang tua, teman-teman selama bertahun-tahun. Kami tinggal bersama di Yunani tanpa pernah meninggalkan ajaran Islam dan sungguh luar biasa sulit, hampir mustahil. Di kampung halaman saya tidak ada masjid, tidak ada akses ke studi Islam, tidak ada orang berdoa atau berpuasa, atau seseorang mengenakan jilbab.

Ada beberapa imigran Muslim yang datang ke Yunani untuk masa depan keuangan lebih cerah. Mereka membiarkan kehidupan Barat menarik dan mengorupsi mereka. Hasilnya, mereka tak mengikuti ajaran agama dan mereka sepenuhnya tersesat. Suami dan saya harus shalat dan berpuasa mengikut kalender. Tidak ada Adzhan dan tidak ada komunitas Islam untuk mendukung kami. Kami merasa setiah hari mengalami kemunduran. Keyakinan kami melemah dan gelombang menyeret kami.

Ketika putri kami lahir, kami memutuskan--demi menyelamatkan jiwa kami dan putri kami--bermigrasi ke negara Islam. Kami tidak ingin membesarkan dia dalam lingkungan Barat yang bebas di mana ia harus berjuang keras menjaga identitas dan mungkin berakhir tersesat. Terimakasih Tuhan, ia telah memandu kami dan membawa kami kesempatan untuk bermigrasi ke negara Islam, di mana kami mendengar kalimat-kalimat merdu Adhzan. Kami pun dapat meningkatkan pengetahuan dan cinta kami pada-Nya serta pada Rasul Muhammad. saw.

REPUBLIKA.CO.ID,

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Sumber: Reading Islam

21 Desember 2010

Timur Leng, Sang Penakluk Dunia Yang Setia Mengabdi Pada Allah


Kurang lebih 550 tahun silam, adalah seorang lelaki yang berusaha menjadikan dirinya sebagi penguasa dunia, tulis sejarawan terkemuka Inggris Harorld Lamb dalam bukunya, Tamerlane Sang Pengguncang dunia. Segala sesuatu yang diusahakan selalu berhasil, sehingga orang menyebutnya sebagai “Tamerlane” sang penakluk dunia.

Ia dilahirkan pada 8 April 1336 M/25 Sya’ban 736 H di kota Hijau. Ia adalah anak Taragai, kepala suku Barlas di Uzbekistan, Asia tengah sekarang. Taragai, sang ayah kabarnya masih keturunan Karachar Noyan, kerabat Jagatai, anak Jengis Khan. Tapi Timur Leng, sering disebut sebagai keturunan Jengis Khan. Belakangan ia masuk Islam dan berpaham Syiah. Ada yang bilang ia menganut tarekat Naqsyabandiyah.

Di masa kecil ia tidak punya apa-apa, kecuali seekor lembu. Tapi yang istimewa, bersama ayahandanya ia biasa menghabiskan waktunya bersama-sama orang suci. Ayahandanyalah yang mengajarkan Islam kepada anaknya ini. Suatu hari ayahandanya berkata, “Dunia ini tidak lebih baik ketimbang sebuah Jambangan bunga emas yang penuh berisi Kalajengking dan Naga.” Itulah pandangan hidup ayahandanya tentang dunia, yang terpatri kuat dalam sanubari Timur Leng.

Thalhah bin Ubaidillah: Tetangga Rasulullah di Surga


Beliau adalah seorang sahabat Nabi shollallohu 'alaihi wasallam yang berasal dari suku Quraisy. Nama lengkapnya adalah Thalhah bin Abdullah bin Usman bin Kaab bin Said rodliallohu 'anhu.

Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah disebutkan bahwa Thalhah termasuk orang bijak, ulama kaum Quraisy dan termasuk salah satu di antara delapan orang yang mula-mula masuk Islam. Beliau masuk Islam di tangan Abu Bakar ash-Shiddiq rodliallohu 'anhu. Karenanya beliau dan Abu Bakar dijuluki Al-Qarinain (dua sahabat akrab).

Bersama dengan Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam, ia ikut dalam Perang Uhud, Perang Hunain, dan Perang Tabuk. Dalam Perang Uhud, Rasulullah menggelarinya Thalhah Al-Khair (orang baik). Sementara dalam Perang Hunain, Beliau menggelarinya Thalhah Al-Jud (orang yang dermawan). Sedangkan dalam Perang Tabuk digelari dengan Thalhah Al-Fayyadh dan Ash-Shubaih Al-Mulaih Al-Fushaih.

Dalam Perang Uhud, ia menderita luka parah yang luar biasa. Dia menggunakan dirinya menjadi perisai bagi Nabi Muhammad dan mengalihkan panah yang akan menancap diri Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam dengan tangannya sehingga semua jari-jarinya terputus. Kemudian ia menggendong Beliau dan membawanya naik ke puncak bukit. Beliau tergolong sahabat yang kaya raya dan gemar berderma.

Tentang Thalhah rodliallohu 'anhu, Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam bersabda,"Thalhah dan Zubair, keduanya adalah tetanggaku di surga" (Hadits Riwayat At-Tirmidzi). Beliau juga mengatakan, "Siapa yang ingin melihat seorang syahid berjalan di muka bumi, hendaklah ia melihat Thalhah ibn Ubaidillah" (HR At-Tirmidzi).

20 Desember 2010

Da'wah Nabi Isa 'Alaihissalam


Nabi Isa berdiri di atas sebuah bukit dan beliau mulai melakukan salat. Tetesan-tetesan air mata mulai berlinang dari pipinya dan jatuh ke bumi. Nabi Isa mulai merenung dan menangis. Di sana terdapat bunga yang nyaris mati karena kehausan lalu ketika ia mendapatkan tetesan air mata al-Masih, maka bunga itu mekar kembali dan mendapatkan kehidupan. Tetesan air mata al-Masih menyelamatkannya, sebagaimana beliau akan menyelamatkan manusia dengan dakwahnya. Di malam yang penuh berkah ini pula, dua orang Nabi yang mulia meninggalkan bumi, yaitu Nabi Yahya dan Nabi Zakaria. Kedua Nabi itu dibunuh oleh penguasa. Sejak kepergian mereka berdua, bumi kehilangan banyak dari kebaikan. Pada malam itu juga, turunlah wahyu kepada Isa bin Maryam. Allah subhanahu wa ta'alaa memutuskan perintah-Nya agar ia memulai dakwahnya.
Nabi Isa menutup lembaran halus dari kehidupannya yaitu lembaran yang penuh dengan tafakur dan ibadah. Beliau memulai perjalanannya yang berat dan penuh tantangan serta penderitaan, beliau mulai berdakwah di jalan Allah subhanahu wata ta'alaa, beliau mulai membangun kerajaan yang tegak berdasarkan kerendahan hati dan cinta. Kerajaan yang penguasanya bertujuan untuk membebaskan dan menyucikan ruh. Kerajaan yang memancarkan sikap rendah diri dan cinta. Nabi Isa ingin menyelamatkan ruhani. Ajaran Nabi Isa berdasarkan keimanan terhadap hari kiamat dan kebangkitan. Nilai-nilai dan pemikiran tersebut tidak ditemukan dalam kehi-dupan orang-orang Yahudi.

Syariat Musa 'alaihissalam menetapkan pemberlakuan hukum qisas, barangsiapa yang memukulmu di pipi sebelah kananmu, maka pukullah pipi sebelah kanannya. Lalu bagaimanakah orang-orang Yahudi menerapkan hukum qisas tersebut? Jika yang dipukul mampu untuk menghancurkan rumah orang yang memukul, maka ia tidak perlu merasa puas hanya sekadar memukul pipi sebelah kanannya, namun jika ia tidak mampu, maka hendaklah ia memukul pipi sebelah kanannya. Namun boleh jadi hatinya dipenuhi dengan dendam karena ia tidak dapat menghancurkan rumahnya.

Jadi, kebencian adalah pelabuhan tempat bersinggahnya syariat Musa. Meskipun beliau adalah seorang Nabi yang merupakan cermin cinta Ilahi yang besar namun syariatnya kini berada di bawah kekuasaan hati-hati yang mati, yaitu hati-hati yang penuh dengan dendam dan kebencian. Lalu, apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap semua ini? Allah subhanahu wa ta'alaa telah mengutusnya dan memperkuat Taurat yang dibawa oleh Musa sebagaimana Allah subhanahu wa ta'alaa menurunkannya kepada Musa. Jadi, seorang nabi tidak menghancurkan tugas nabi sebelumnya. Para nabi bagaikan satu mata rantai yang tujuannya adalah satu, yaitu menciptakan kesucian dan mempertahankan kebenaran serta mengesakan Allah Subhanahu wa ta'alaa.

( Baca Selengkapnya )

Isa 'alaihissalam Sebelum Menjadi Nabi


Maryam berhenti dan tampak wajahnya yang pucat dan semakin bertambah. Mihrab itu dipenuhi dengan kalimat-kalimat para malaikat yang memancarkan cahaya. Maryam merasa bahwa pada hari-hari terakhir terdapat perubahan pada suasana rohaninya dan fisiknya. Di tempat itu tidak terdapat cermin sehingga ia tidak dapat melihat perubahan itu. Tetapi ia merasa bahwa darah, kekuatan dan masa mudanya mulai meninggalkan tempatnya dan digantikan dengan kesucian dan kekuatan yang lebih banyak. Beliau menyadari bahwa beliau sedang gugup.

Beliau merasakan kelemahan manusiawi dan adanya kekuatan yang luar biasa. Setiap kali tubuhnya merasakan kelemahan, maka bertambahlah kekuatan dalam ruhnya. Perasaan yang demikian ini justru membangkitkan kerendahan hatinya. Maryam mengetahui bahwa ia akan memikul tanggung jawab besar.
“Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yong semasa dengan kamu).” (QS. Ali ‘Imran: 42)

Dengan kalimat-kalimat yang sederhana ini Maryam memahami bahwa Allah subhanahu wa ta'alaa telah memilihnya dan menyucikannya dan menjadikannya penghulu para wanita dunia. Beliau adalah wanita terbesar di dunia. Para malaikat kembali berkata kepada Maryam: “Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang ruku.” (QS. Ali ‘Imran: 43)

Perintah tersebut ditetapkan setelah adanya berita gembira agar beliau meningkatkan kekhusukannya, sujudnya, dan rukuknya kepada Allah subhanahu wa ta'alaa. Maryam lupa terhadap pohon mawar dan beliau kembali salat. Maryam merasakan bahwa sesuatu yang besar akan akan terjadi padanya. Beliau merasakan hal itu sejak beberapa hari, tetapi perasaan itu semakin menguat saat ini.
( Baca Selengkapnya )

Kisah Akhwat Mualaf Inggris Bersyiar Islam

"Orang tua saya selalu mengira saya tidak normal, bahkan sebelum saya menjadi seorang Muslim. Pada remaja awal saya, bila mereka menemukan saya menonton TV pada Jumat malam maka mereka berkata, "Apa yang kamu lakukan di rumah? Apakah kau tidak punya teman untuk pergi keluar? " Catherine Huntley, 21 tahun, berkisah masa lalunya.

Padahal, katanya, yang benar adalah, "Saya tidak suka alkohol, saya belum pernah mencoba merokok, dan saya tidak tertarik pada anak laki-laki Inggris kebanyakan." Ini berlangsung sejak dulu, sejak dia remaja.

Catherine adalah gadis pendiam. Dia juga cerdas. Baginya, ketimbang keluyuran tidak jelas, mendingan duduk di belakang laptop; berselancar di dunia maya. Hingga suatu hari, ia terpaku pada sebuah situs keislaman. Ia mencoba mencari tahu ke situs-situs lainnya. "Saya bisa menghabiskan waktu makan siang setiap membaca tentang Islam pada komputer. Damai di dalam hati saya dan tidak ada lagi yang lebih penting selain itu," ujar asisten ritel yang tinggal di Bournemouth, Inggris ini.

Baginya, ajaran Islam sungguh memesona. Tak puas hanya berselancar, diapun mulai rajin mengoleksi buku-buku keislaman. Terjemah Alquran sudah dimilikinya sejak awal pertama berselancar dan menemukan damai yang dimaksudnya. "Saya tidak pernah bertemu seorang Muslim sebelumnya, jadi saya tidak punya prasangka," ujarnya.

Suatu hari, ia mendiskusikan apa yang dibacanya dengan orangtuanya. "Tetapi orangtua saya tidak begitu berpikiran terbuka. mereka ngeri dan berkata, 'Kita akan membicarakannya bila nanti kau berusia 18 tahun," ia mengisahkan.

Namun, gairah mempelajari Islam menyala-nyala dalam diri Catherine. Tak cukup membeli buku-buku keislaman, ia pun muklai mengoleksi baju-baju panjang dan kerudung. "Semua saya simpan rapi dalam laci," tambahnya.

Ia pun mulai berpakaian lebih sederhana dan diam-diam berpuasa selama bulan Ramadhan. Ia mengaku seperti menjalani kehidupan ganda, sampai suatu hari, ketika berumur 17 tahun, ia merasa tidak bisa menunggu lebih lama lagi. "Saya menyelinap keluar rumah, meletakkan jilbab saya dalam sebuah tas dan naik kereta ke Bournemouth. Tujuannya satu, saya akan berikrar sebagai seorang Muslim."

Seminggu setelah bersyahadat, sang ibu datang ke kamarnya dan berkata," Apakah kau punya sesuatu untuk dikabarkan padaku?" Dia menarik sertifikat mualaf dari sakunya. Bagi orangtuanya, mereka lebih suka menemukan hal lain pada saat itu - obat-obatan, rokok, kondom - tapi bukan sertifikat mualaf dan jilbab.

"Mereka hingga kini tidak bisa memahami mengapa saya menyerahkan kebebasan saya demi sebuah agama asing. Mengapa saya ingin bergabung semua teroris dan pelaku bom bunuh diri," ujarnya.

Namun, ia bertahan. Walau diakuinya, sangat sulit menjadi satu-satunya Muslim dalam keluarga pembenci Muslim, dan menempatkannya menjadi "musuh keluarga". Dia mengaku melakukan shalat secara sembunyi-sembunyi, persis di depan pintu kamar, sehingga setidaknya, sang kakak akan terganjal saat ia mencoba masuk ke kamar. Atau, sang ibu tiba-tiba akan menjadi sangat aktif bicara saat dia sedang shalat, sehingga mau tak mau ia harus sering berhenti untuk menyahuti pertanyaannya.

Ia mulai tak nyaman ketika mereka terang-terangan menyatakan ketidaksukaannya pada Islam. Misalnya saja, saat membaca tulisan tentang cadar di koran, ibunya berkata, "tak lama lagi Catherine akan menjadi seperti itu."

Puncaknya, saat sang kakak mengolok-olok perempuan Muslim yang selalu berjalan tiga langkah di belakang suaminya. "Mendapat ini saya benar-benar marah, karena itu budaya, bukan agama. Tunangan saya, yang saya temui delapan bulan lalu, dari Afghanistan dan ia percaya bahwa seorang wanita Muslim adalah mutiara dan suaminya adalah kerang yang melindungi dia."

Ia pun memutuskan keluar dari rumah itu.

Kini, Catherine tengah bersiap menikah. Dia mengundang keluarganya, tapi tak banyak berharap mereka akan datang." Sungguh menyakitkan berpikir saya tidak akan pernah memiliki pernikahan seperti dalam dongeng, dikelilingi oleh keluarga saya. Tapi saya berharap hidup baru saya dengan suami saya akan jauh lebih bahagia. Aku akan membuat rumah yang sejuk dan damai, tanpa harus merasakan sakit orang menilai saya."
REPUBLIKA.CO.ID,LONDON-

05 Desember 2010

Menyambut Tahun Baru Hijriyah 1432



Besok kita akan memasuki tanggal 1 Muharram 1432 H. Seperti kita ketahui bahwa perhitungan awal tahun hijriyah dimulai dari hijrahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lalu bagaimanakah pandangan Islam mengenai awal tahun yang dimulai dengan bulan Muharram? Ketahuilah bulan Muharram adalah bulan yang teramat mulia, yang mungkin banyak di antara kita tidak mengetahuinya. Namun banyak di antara kaum muslimin yang salah kaprah dalam menyambut bulan Muharram atau awal tahun. Silakan simak pembahasan berikut.

Dalam diin (agama) ini, bulan Muharram (dikenal oleh orang Jawa dengan bulan Suro), merupakan salah satu di antara empat bulan yang dinamakan bulan haram. Lihatlah firman Allah Ta’ala berikut.

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)

Ibnu Rajab mengatakan, ”Allah Ta’ala menjelaskan bahwa sejak penciptaan langit dan bumi, penciptaan malam dan siang, keduanya akan berputar di orbitnya. Allah pun menciptakan matahari, bulan dan bintang lalu menjadikan matahari dan bulan berputar pada orbitnya. Dari situ muncullah cahaya matahari dan juga rembulan. Sejak itu, Allah menjadikan satu tahun menjadi dua belas bulan sesuai dengan munculnya hilal. Satu tahun dalam syariat Islam dihitung berdasarkan perputaran dan munculnya bulan, bukan dihitung berdasarkan perputaran matahari sebagaimana yang dilakukan oleh Ahli Kitab.”

( Baca Selengkapnya )

Renungan Hijrah dan Keprihatinan Gaza



Allah subhanahu wa ta'alaa berfirman :

وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu, dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”. (Al-Anfal:30)

Demikianlah Allah menyampaikan wahyu kepada nabi-Nya dan hamba pilihan-Nya saat dunia dalam keadaan gelap dan semakin keras tantangan terhadap dakwah yang diembannya, dan dari sini saya terus mengulang untuk ikhwan dan para pejuang di Gaza yang tercinta, saat kita hidup di bawah naungan hijrah yang penuh berkah dan nilai-nilainya yang agung dan mulia serta petunjuk-petunjuknya yang memiliki arti dan pengaruh yang sangat besar; karena antara dua peristiwa tersebut ada kesamaan dan kesesuaian yang kuat.

Seakan masa sedang mengitari porosnya, dan seakan kita hidup pada satu kondisi yang sama saat terjadi hijrah yang penuh berkah; terhadap apa yang terjadi pada ikhwan kita dan permata hati kita di Gaza serupa dengan apa yang terjadi pada kondisi saat itu (hijrah nabi shollalohu 'alaihi wasallam); konspirasi dan tantangan dari kerabat dekat dan jauh, usaha untuk menghancurkan dan memerangi mereka dengan berbagai macam sarana yang tidak manusiawi; bukan untuk tujuan lain kecuali memerangi Allah, Rasul-Nya dan menggagalkan proyek Islam.

Sejarah Sekitar Hijrah Nabi

Penentangan kaum kuffar terhadap dakwah Islam dilakukan dengan segala cara. Dengan cara hal yang manis menggiurkan, berupa tawaran duniawi, cara ini tidak mempan. Dengan cara tawar menawar, yaitu tawaran kepada Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam. agar menyembah tuhan mereka sehari, dan mereka menyembah Tuhan-nya Muhammad sehari. Dengan cara teror, intimidasi bahkan upaya pembunuhan. Semua cara berujung kegagalan.

Demikianlah Allah menggagalkan teror, tipuan, dan tawar menawar di hadapan gelombang dakwah di jalan Allah subhanahu wa ta'alaa. Mereka gagal memadamkan cahaya iman dan tauhid.

Maka kaum Quraisy kembali menggunakan cara kekerasan dan penindasan kepada kaum muslimin dengan perlakuan yang tidak tertahankan manusia kecuali mereka yang beriman. Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam. yang melihat penderitaan para sahabatnya itu, dan sama sekali tidak bisa melawan, menyuruh mereka untuk meninggalkan kampung halamannya itu, dilandasi oleh semangat menyelamatkan, maka terjadilah hijrah ke Habasyah.

03 Desember 2010

Syari'at Sholat Safar

Banyak keraguan yang timbul dalam melaksanakan sholat saat berada di perjalanan atau sebagai Musafir. Sholat dalam perjalanan ini disebut Sholat Musafir atau Sholat Safar.
Keraguan ini sangatlah dimungkinkan karena selain cara menyikapi Keringanan tersebut juga banyaknya dalil yang membahas sekitar Sholat Musafir ini baik yang shahih atau dlo’if.

Tidak jarang banyak yang beranggapan bahwa keringanan atau kemudahan ini sebagai bukan bagian dari Ibadah apalagi sering diiringi dengan rasa kurang afdhal bahkan malu dalam menjalankannya. Bahkan dengan mengambil kemudahan atau keringanan itu ada juga menganggap akan mengurangi pahalanya. Tetapi apakah pemahaman atau ini sudah benar ?

Berikut adalah dasar-dasar yang membahas kemudahan atau keringanan :

“Dan apabila kalian bepergian di muka bumi, tidak mengapa kalian mengqashar shalat kalian, jika kalian takut diserang orang-orang kafir” (Q.S 4 : 101). Tetapi betulkah penafsirannya “tidak mengapa” adalah “tidak perlu menjalankan” dan “jika kalian takut diserang” adalah “hanya cocok untuk jaman dulu saja karena sekarang (khususnya di Indonesia) sudah tidak ada perang”?

Mari kita lihat hadits berikut ini :

Tsa’labah bin Umayah berkata : “Aku telah bertanya kepada Umar radliallohu 'anh. tentang firman Allah (Q.S 4 : 101), mengapa kalian mengqashar shalat, sedangkan sekarang ini orang-orang telah aman. Umar menjawab : Aku heran dari apa yang engkau herankan. Maka aku bertanya kepada Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam (tentang firman Allah tersebut), lalu beliau menjawab :

“Itu adalah sedekah dari Allah untuk kalian, maka terimalah oleh kalian sedekahNya itu”


( Baca Selengkapnya )

Syari'at Sholawat Nabi Shollalohu 'Alaihi Wasallam

Terdapat perintah untuk memperbanyak shalawat kepada beliau di hari Jum’at sebagaimana kandungan hadits Awas bin Awas yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan dishahihkan Ibnu Hibban dan Hakim. Hadits lain yang menerangkan keutamaan bershalawat kepada nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hadits yang berbunyi,

الْبَخِيلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

“Orang yang pelit adalah mereka yang tidak bershalawat kepadaku tatkala namaku disebutkan di hadapannya.”


Diriwayatkan oleh Tirmidzi, An Nasaa’i, Ibnu Hibban, Hakim dan Isma’il Al Qadli dan beliau secara panjang lebar memaparkan berbagai jalan periwayatan hadits tersebut serta menjelaskan perselisihan di dalamnya dari hadits yang diriwayatkan Ali dan anaknya Al Husain. Derajat hadits ini minimal hasan.


Diantara hadits tersebut adalah hadits,

مَنْ نَسِيَ الصَّلَاةَ عَلَيَّ خَطِئَ طَرِيقَ الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang lupa bershalawat kepadaku, maka telah salah jalan untuk menuju surga.”

Diriwayatkan Ibnu Majah dari Ibnu ‘Abbas, Al Baihaqi dalam Asy Syu’ab dari hadits Abu Hurairah, Ibnu Abi Hatim dari Jabir, Thabrani dari Husain bin ‘Ali dan berbagai jalur periwayatan tersebut saling menguatkan.


Dan hadits,

رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

“Semoga Allah menghinakan seorang yang tidak bershalawat kepadaku tatkala namaku disebutkan di hadapannya.” Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abu Hurairah dengan lafadz,

من ذكرت عنده فلم يصل علي فمات فدخل النار فأبعده الله

“Barangsiapa yang tidak bershalawat kepadaku ketika namaku disebutkan di hadapannya, kemudian meninggal, maka dirinya masuk neraka dan dijauhkan dari rahmat Allah.”


Hadits ini memiliki penguat dan dishahihkan Hakim serta memiliki beberapa penguat yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani dari Abu Dzar, juga hadits Anas yang diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah, dan hadits mursal dari Al Hasan yang diriwayatkan Sa’id bin Manshur.

Ibnu Hibban meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, Malik ibnul Huwairits, Thabrani meriwayatkan hadits dari Abdullah bin ‘Abbas dan terdapat hadits dari Abdullah bin Ja’far yang diriwayatkan Al Faryabi dan hadits Ka’ab bin ‘Ujrah yang diriwayatkan Hakim dengan lafadz,

بعد من ذكرت عنده فلم يصل علي

“Semoga dijauhkan dari rahmat Allah, orang yang tidak bershalawat kepadaku tatkala namaku disebutkan di hadapannya”

Thabrani meriwayatkan dari Jabir secara marfu’,

شقي عبد ذكرت عنده فلم يصل علي

“Sungguh celaka seorang hamba yang tidak bershalawat kepadaku tatkala namaku disebutkan di hadapannya.”


( Baca Selengkapnya )



21 November 2010

Seribu Lebih Warga Kamerun Menjadi Mualaf



Uluran tangan yang diberikan Menteri Kesehatan Arab Saudi, Abdullah bin Abdulaziz Al-Rabeeah, untuk mengoperasi bayi kembar siam asal Kamerun berbuah manis. Tak di sangka, suku asal kembar siam itu yang berada di sebuah desa di Kamerun tersentuh melihat keberhasilan operasi pemisahan kembar siam itu dan kemudian memilih untuk menjad mualaf.

Bayi kembar siam itu, Rahima dan Hamidah, menjalani operasi pemisahan pada April 2007. Diperkirakan sebanyak 1.100 warga suku yang berada di Desa Banky dan sekitarnya telah mengucapkan syahadat usai keberhasilan operasi tersebut. Hal itu disampaikan oleh seorang tokoh Muslim asal suku itu, Sultan Omar, saat bertemu Al-Rabeeah, di di Rumah Sakit Darurat Mina, beberapa hari lalu.

''Operasi yang dilakukan atas bantuan Al-Rabeeah telah membuat kepala suku dan seluruh warga suku saya, dan beberapa orang dari daerah lain di Kamerun memutuskan untuk memeluk Islam secara spontan dan tanpa tekanan apapun,'' ujar Sultan Omar seperti ditulis Arab News.

( Baca Selengkapnya )

Sejarah Kota Suci Al Quds Palistina



Kota Baitul Maqdis (Al Quds, Yerussalem) dan tanah Syam (sekarang adalah Suriah, Yordania, Palestina, Lebanon, Israel) mempunyai sejarah yang panjang sebagai tanah yang paling dipersengketakan di antara manusia di muka bumi. Itu tidak mengherankan, sebab Baitul Maqdis dan tanah Syam mempunyai kedudukan penting (significance) bagi semua umat manusia dan menjadi tanah utama yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah subhanahu wa ta'ala, sejak dahulu sampai Hari Kiamat nanti.

Bagi umat Islam khususnya, Baitul Maqdis dan tanah Syam –sebagai bagian tak terpisahkan dari negeri Islam– mempunyai kedudukan strategis yang berkaitan langsung dengan agama Islam itu sendiri. Paling tidak terdapat 8 (delapan) kedudukan strategis Baitul Maqdis dan tanah Syam bagi umat Islam, yaitu sebagai Tanah wahyu dan kenabian, Tanah Isra’ dan Mi’raj, Tanah kiblat pertama, Tanah yang ditaklukkan tanpa perang, Tanah kesabaran dan jihad, Tanah yang dijanjikan, Tanah ibu kota Khilafah di masa depan, dan Tanah tempat semua manusia akan dikumpulkan.

15 November 2010

Perspektif Rasulullah dan Shahabat tentang Bencana Alam


Setidaknya dua kali gempa tercatat dalam riwayat hadits Nabi. Yang pertama di Mekah. Dan kedua di Madinah.
Pertama, Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Kuzaimah, ad-Daruquthni, dan lainnya dari Utsman bin Affan radliallohu 'anhu bahwa beliau berkata: “Apakah kalian tahu Rasulullah pernah berada di atas Gunung Tsabir di Mekah. Bersama beliau; Abu Bakar, Umar dan saya. Tiba-tiba gunung berguncang hingga bebatuannya berjatuhan. Maka Rasulullah menghentakkan kakinya dan berkata: Tenanglah Tsabir! Yang ada di atasmu tidak lain kecuali Nabi, Shiddiq dan dua orang Syahid.”

Kedua, hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik radliallohu 'anhu, beliau berkata: “Nabi naik ke Uhud bersamanya Abu Bakar, Umar dan Utsman. Tiba-tiba gunung berguncang. Maka Nabi menghentakkan kakinya dan berkata: Tenanglah Uhud! Yang ada di atasmu tiada lain kecuali Nabi, Shiddiq dan dua orang syahid.”


Di antara pelajaran besar dalam dua riwayat di atas bahwa ternyata gunung tidak layak berguncang saat ada 4 manusia terbaik ada di atasnya. Nabi harus menghentakkan kaki dan mengeluarkan perintah kepada gunung untuk menghentikan guncangan tersebut.
Di sinilah pelajaran besarnya bagi kita sebagai analisa pertama tentang gempa. Bahwa keberadaan orang-orang shaleh di sebuah masyarakat membuat bumi tidak layak berguncang. Kriteria keshalehan sangat spesifik disebutkan dalam riwayat tersebut. Untuk kita, hanya tinggal dua pilihan mengingat sudah tidak ada lagi nabi. Yaitu: Shiddiq. Kriteria utama Abu Bakar adalah beriman tanpa ada rasa keraguan sedikit pun. Dan Syahid. Mereka yang meninggal fi sabilillah.

Jika manusia dengan dua kriteria itu masih banyak yang hidup di atas bumi, maka bumi tidak layak gempa. Sebaliknya, gempa terjadi manakala bumi telah sepi dari keberadaan orang-orang dengan keimanan tanpa ada kabut keraguan dan orang-orang yang meninggal fi sabilillah.

( Baca Selengkapnya )

Perjalanan Spiritual Pembantu Pendeta Menjadi Seorang Muslim

"Saya tidak bisa menemukan jawaban-jawabannya di Alkitab. Begitu saya sadar bahwa Trinitas cuma sebuah mitos dan bahwa Tuhan cukup kuat untuk menyelamatkan seseorang tanpa membutuhkan bantuan dari seorang anak atau siapapun, atau apapun.

Semuanya kemudian berubah. Keyakinan saya selama ini terhadap ajaran Kristen runtuh. Saya tidak lagi mempercayai ajaran Kristen atau menjadi seorang Kristiani."

Jalan untuk meraih cita-citanya sebagai pendeta atau pemimpin misionaris terbuka lebar, namun jalan yang terbentang itu justru membawanya untuk mengenal Islam. Sehingga ia akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang Muslim dan melepaskan semua ambisinya, meski pada saat itu ia sudah menjadi pembantu pendeta.

Dia adalah Abdullah DeLancey, seorang warga Kanada yang menceritakan perjalanannya menjadi seorang Muslim. "Dulu, saya adalah penganut Kristen Protestan. Keluarga saya membesarkan saya dalam ajaran Gereja Pantekosta, hingga saya dewasa dan saya memilih menjadi seorang jamaah Gereja Baptist yang fundamental," kata DeLancey mengawali ceritanya.

Menurutnya, sebagai seorang Kristen yang taat, kala itu dia kerap terlibat dengan berbagai aktivitas gereja seperti memberikan khotbah pada sekolah minggu dan kegiatan-kegiatan lainnya. "Saya akhirnya terpilih sebagai pembantu pendeta. Saya benar-benar ingin mengabdi lebih banyak lagi pada Tuhan dan memutuskan untuk mengejar karir sampai menjadi seorang Pendeta," tutur DeLancey yang kini bekerja memberikan pelayanan pada para pasien di sebuah rumah sakit lokal.

( Baca Selengkapnya )

14 November 2010

Pelaksanaan Sholat 'Iedul Adha 1431 H

Jika kondisi lapangan depan Masjid kering dan memungkinkan untuk dijadikan tempat sholat 'Ied, maka pelaksanaan sholat 'Iedul Adha1431 H insya Allah akan diselenggarakan di Lapangan depan Masjid Bachir Ahmad:

Hari / Tanggal : Selasa, 10 Dzulhijjah 1431 H / 16 Nopember 2010
Waktu : pkl. 06 45 sd selesai
Khatib / Imam : Ustadz Ngatrichan

Adapun pelaksanaan ibadah qurban, insya Allah akan diselenggarakan hari Rabu, 11 Dzulhijjah 1431 H / 17 Nopember 2010.

Dewan Kemakmuran Masjid Bachir Ahmad menerima amanah penitipan, pemotongan dan pendistribusian hewan Qurban, baik sapi ataupun kambing. Bagi jama'ah yang berniat melaksanakannnya, silahkan menghubungi ustad Ngatrichan ( HP 083 884 391 48 )

Semoga Allah subhanahu wa ta'alaa menerima amal ibadah shalat dan ibadah qurban kita .... Aamiin

13 November 2010

Syari'at Shiyam (Puasa) Arafah



Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهُ، وَ السَّنَةَ الَّتِيْ بَعْدَهُ
“Puasa pada hari ‘Arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapuskan (dengannya) dosa-dosa pada tahun lalu dan tahun yang akan datang”.[1]
An-Nawawiy rahimahullah berkata :
قوله صلى الله عليه وسلم: "صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله والسنة التي بعده" معناه يكفر ذنوب صائمه في السنتين، قالوا: والمراد بها الصغائر،
“Sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Puasa pada hari ‘Arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapuskan (dengannya) dosa-dosa pada tahun lalu dan tahun yang akan datang’ ; maknanya adalah menghapuskan dosa-dosa bagi orang yang berpuasa pada hari itu selama dua tahun. Mereka (para ulama) berkata : Maksudnya adalah menghapus dosa-dosa kecil” [Syarh Shahih Muslim, 8/50-51].
ru’yah hilal yang dianggap/dipakai untuk melaksanakan ibadah penyembelihan (dan semua hal yang terkait dengan haji) adalah ru’yah hilal penduduk Makkah, bukan yang lain. Dengan demikian, maka hadits tersebut menunjukkan bahwa pada masa itu Amir Mekkah-lah yang menetapkan pelaksanaan manasik haji, mulai dari wuquf di ‘Arafah, Thawaf Ifadlah, bermalam di Muzdalifah, melempar Jumrah, dan seterusnya. Atau dengan kata lain, penguasa yang menguasai kota Mekkah saat ini berhak menentukan wukuf di Arafah (9 Dzulhijjah), pelaksanaan penyembelihan hewan kurban (10 Dzulhijjah), dan rangkaian manasik haji lainnya. Hal itu berarti negeri-negeri Islam lainnya harus mengikuti penetapan hari wukuf di Arafah, yaumun nahar (hari penyembelihan hewan kurban pada tanggal 10 Dzulhijjah) berdasarkan keputusan Amir Mekkah, atau penguasa yang saat ini mengelola kota Makkah

12 November 2010

Memilih Hewan Qurban



Firman Allah Subhanahu wa ta’ala:
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُوْمَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيْمَةِ اْلأَنْعَامِ
“Supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rizki yang telah Allah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.” (Al-Hajj: 28)


Juga firman-Nya:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيْمَةِ اْلأَنْعَامِ
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dirizkikan Allah kepada mereka.” (Al-Hajj: 34)


Dan yang paling afdhal menurut jumhur ulama adalah unta (untuk satu orang), kemudian sapi (untuk satu orang), lalu kambing (domba lebih utama daripada kambing jawa), lalu berserikat pada seekor unta, lalu berserikat pada seekor sapi. Alasan mereka adalah karena u
nta lebih besar daripada sapi, dan sapi lebih besar daripada kambing. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (Al-Hajj: 32)


( Baca Selengkapnya )

Syari’at Ibadah Qurban

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan sembelihlah hewan qurban.” (Al-Kautsar: 2)
Menurut sebagian ahli tafsir seperti Ikrimah, Mujahid, Qatadah, ‘Atha`, dan yang lainnya,
النَّحْرُ dalam ayat di atas adalah menyembelih hewan qurban.


Asy-Syinqithi rahimahullahu dalam Adhwa`ul Bayan (3/470) menegaskan: “Tidak samar lagi bahwa menyembelih hewan qurban masuk dalam keumuman ayat
وَانْحَرْ.”

Juga keumuman firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:


وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوْبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ
“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta.” (Al-Hajj: 36)


Asy-Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi dalam kitab Fathur Rabbil Wadud (1/370) berhujjah dengan keumuman ayat di atas untuk menunjukkan syariat menyembelih hewan qurban. Beliau menjelaskan: “Kata الْبُدْنَ mencakup semua hewan sembelihan baik itu unta, sapi, atau kambing.”

Adapun dalil dari As-Sunnah, ditunjukkan oleh sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan perbuatannya. Di antara sabda beliau adalah hadits Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu:


إِنَّ أَوَّلَ مَا نَبْدَأُ بِهِ فِي يَوْمِنَا هَذَا أَنْ نُصَلِّيَ ثُمَّ نَرْجِعَ فَنَنْحَرَ، مَنْ فَعَلَهُ فَقَدْ أَصَابَ سُنَّتَنَا وَمَنْ ذَبَحَ قَبْلُ فَإِنَّمَا هُوَ لَحْمٌ قَدَّمَهُ لِأَهْلِهِ لَيْسَ مِنَ النُّسُكِ فِي شَيْءٍ


“Sesungguhnya yang pertama kali kita mulai pada hari ini adalah shalat. Kemudian kita pulang lalu menyembelih hewan qurban. Barangsiapa berbuat demikian maka dia telah sesuai dengan sunnah kami, dan barangsiapa yang telah menyembelih sebelumnya maka itu hanyalah daging yang dia persembahkan untuk keluarganya, tidak termasuk ibadah nusuk sedikitpun.” (HR. Al-Bukhari no. 5545 dan Muslim no. 1961/7)


(Baca Selengkapnya)

09 November 2010

Payung Raksasa Naungi Jamarat Lantai 6



Payung-payung raksasa berdiri kokoh di lantai 6 jembatan jamarat, tempat melontarnya jumroh, di Mina. Inilah yang terbaru dari pembangunan di kawasan jamarat tahun 2010 ini. Payung raksasa tersebut menyerupai tenda besar yang berbentuk melingkar dengan pucuknya yang terbuka dan memperlihatkan rangka besi-besinya.

Sejumlah pekerja dari berbagai negara, Senin (8/11/2010) masih melakukan proses finishing payung tersebut. Mereka mengecek rangka-rangkanya dengan tangga mesin. Sebagian pekerja lainnya melakukan bersih-bersih. "Kemarin baru diresmikan. Yang pasang payung itu kita, orang Indonesia," kata Mahrus, asal Bojonegoro, Jawa Timur, yang bekerja di kawasan Jamarat, Senin. Menurut Mahrus, ada 50 warga negara Indonesia (WNI) yang memasang payung payung jamarat tersebut. "Kita tahun ini bersih-bersih sama pasang payung. Kalau gedung jamarat 4 tingkat ini sudah sejak tahun lalu," kata Mahrus.

Gedung jamarat terdiri dari empat tingkat yang mempunyai 6 lantai. Lantai keenam tahun lalu belum dipasangi payung. Sementara lima tahun lalu, kata ketua rombongan KBIH Alkautsar Cirebon, Syarif Abu Bakar, jamarat hanya ada satu lantai.
Jamarat dibuat enam lantai sejak tiga tahun lalu. Selain bertingkat, jamarat juga diperlebar. Tiga tahun lalu, lebar jamarat hanya tiga meter, tapi sekarang lebar jamarat mencapai belasan meter. Selain itu juga pelemparan diatur dalam satu arah.
"Pokoknya jamaah tidak perlu khawatir berlebihan akan kena lemparan batu dan desak-desakan. Sekarang lebih tertib dan aman," jelas Syarif.

Cara masuk jamarat juga diatur sedemikian rupa agar tidak berebut. Begitu memasuki kawasan Jamarat di Mina, para jamaah setelah melalui terowongan para jamaah akan terbagi dalam beberapa jalur atau gate masuk.

( Baca Selengkapnya )

08 November 2010

Penetapan Hari Raya, Idul Adha 16 November 2010

Pemerintah Arab Saudi menetapkan Idul Adha pada 16 November. Sementara itu, Kementerian Agama RI setelah menggelar sidang istbat menetapkan awal bulan Dzulhijjah 1431 Hijriyah, adalah hari Senin, 8 Nopember 2010, sehingga perayaan hari raya Idul Adha jatuh pada hari Rabu, 17 Nopember 2010.

Kantor berita Arab Saudi, SPA, menyebutkan, Arab Saudi menetapkan Idul Adha jatuh 16 November. Penetapan Idul Adha itu dilakukan setelah otoritas berwenang di Saudi melakukan pengamatan bulan pada Sabtu (6/11) malam yang diperkuat dengan hasil perhitungan para astronom resmi di Saudi.

Dengan demikian, sekitar 1,5 juta jamaah calon haji dari seluruh dunia akan memulai ritual haji diawali dengan mabit di Mina pada tanggal 8 Dzulhijjah 1431 H atau 14 November 2010. Saat ini sebagian besar jamaah Indonesia telah berada di Mekkah untuk menunggu hari puncak haji tersebut.

Hasil Sidang itsbat dipimpin Dirjen Binmas Islam Nasaruddin Umar bertempat di gedung Kementerian Agama, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (8/11/2010), menetapkan Idul Adha jatuh hari Rabu, 17 Nopember 2010. Nasarudin didampingi oleh Sekjen Bahrul Hayat dan Umar Shihab dari MUI. Hadir juga sejumlah ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad, Jamiyatul Wasliyah, Dewan Masjid Indonesia, dan Syarikat Islam.

Padahal pelaksanaan wukuf haji tahun ini telah ditetapkan pada hari Senin, 15 Nopember 2010. Putusan pemerintah ini menimbulkan 2 subhat (polemik) bagi sebagian ummat Islam, (1) berkaitan dengan pelaksanaan shiyamu 'Arafah, apakah hari Senin atau hari Selasa, kalo hari Selasa mereka khawatir, sudah masuk 10 Dzulhijjah yang diharamkan melakukan shiyam (2) berkaitan dengan pelaksanaan 'ibadah SHolat itu sendiri, karena pedoman ibadah haji adalah pelaksanaan wukuf di Arafah, bukan ru'yatul hilal, apalagi hisab yang sangat rentan dengan galat (error) perhitungan.

Dugaan adanya potensi perbedaan Perayaan Idul Adha tahun ini, mulai muncul, tatkala pemerintah Di kalender menetapkan usia penuh (30 hari) bulan Dzulhijjah 1431 H, , artinya 1 Dzulhijjah jatuh 8 November, sehingga Idul Adha jatuh Rabu 17 November. Sedangkan PP Muhammadiyah jauh hari telah mengeluarkan maklumat nomor 05/MLM/I.0/E/2010 tanggal 16 Juli 2010 yang ditandatangani Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr HM Din Syamsuddin MA dan Sekretaris Umum Dr H Agung Danarto MAg yang menetapkan 1 Dzulhijjah jatuh 7 November dan Idul Adha 10 Dzulhijjah jatuh 16 November.

(gun/nrl)

07 November 2010

Kaum Liberal Tolak Kaitkan Bencana Dengan Adzab Allah



Di saat bencana datang bertubi-tubi menimpa negeri dan umat Islam mulai intropeksi diri atas teguran Ilahi, kaum liberal malah menolak mengaitkan bencana dengan adzab Allah SUBHANAHU WA TA’ALAA. Menurut mereka seluruh bencana alam yang terjadi hanyalah proses alam saja. Masya Allah, keterlaluan...!


Dalam diskusi bertajuk "Politisasi Bencana" yang digelar oleh Serikat Jaringan untuk Keberagaman (Sejuk) di Jakarta, Jumat (5/11/2010), Ulil Abshar abdalla, tokoh kaum liberal menolak jika bencana yang terjadi adalah adzab dari Allah Subhanahu wa ta'alaa. Menurutnya telah terjadi salah penafsiran terhadap kitab suci.

"Ada semacam template di kitab suci tentang bencana. Misalnya, ada cerita saat manusia membangkang kepada Tuhan kemudian Tuhan menghancurkan seluruh muka bumi. Nah, waktu sekarang ada bencana, para tokoh ini langsung mengambil template itu. Menurut saya, jangan dihubung-hubungkan, ini proses alam saja."

"Apa salah Yogyakarta, di sana ada keraton, Muhamadiyah, pesantren juga banyak. Masyarakat Yogya sangat beragama, tetapi dibilang kena azab Tuhan. Ini, kan menyakiti para korban. Mereka sudah tertimpa bencana malah dituduh menerima azab pula."

Tidak jauh berbeda dengan Ulil, politikus PDI-P, Budiman Sudjatmiko, yang juga menjadi pembicara dalam diskusi itu, berharap agar masyarakat termasuk pejabat melihat suatu bencana dengan rasio. Menurutnya, bencana hanya merupakan proses alam, tidak berhubungan dengan azab Tuhan.

"Ini hanya proses yang dialami bumi saja, seperti manusia yang tumbuh, kena sakit kepala atau flu. Hanya seperti itu saja. Maka jadikan manusia sebagai subyek bencana, bukan obyek yang berdosa kemudian diazabkan," ungkapnya.

Adzab Umum Tidak Hanya Menimpa Orang Dzalim

Tidak aneh jika kaum liberal menolak bencana dikaitkan dengan adzab Allah Subhanahu wa ta'alaa, itulah kekhasan pola pandang dan fikir mereka tentang kehidupan, yakni sekuler atau berusaha memisahkan antara dunia dan akhirat. Dengan demikian, mereka selalu melepaskan dan meninggalkan ayat-ayat Allah Subhanahu wa ta'alaa baik Al Qur'an maupun hadits-hadits di dalam berkehidupan dan selalu mengedepankan rasio atau akal sehat semata.

Mereka lupa jika kemaksiatan telah merajalela dan amar ma'ruf nahi munkar tidak lagi dijalankan, maka Allah Subhanahu wa ta'alaa akan menurunkan siksa atau adzabnya tidak hanya kepada orang-orang yang melakukan kedzoliman saja diantara mereka, akan tetapi secara umum, tidak lagi pilih-pilih.

Allah Subhanahu wa ta'alaa berfirman:

"Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dzalim saja di antara kamu. Dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya." (QS. Al Anfal (8) : 25)

Gempa Di Masa Nabi Shollalohu ‘alaihi wasallam & Sahabat

Ustadz Ahmad Syahirul Alim, Lc menulis :

Suatu kali di Madinah terjadi gempa bumi. Rasulullah Shollalohu ‘alaihi wasallam lalu meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, "Tenanglah ... belum datang saatnya bagimu.'' Lalu, Nabi Shollalohu ‘alaihi wasallam menoleh ke arah para sahabat dan berkata, "Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian ... maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada kalian)!"

Sepertinya, Umar bin Khattab Radliallohu ‘anhu mengingat kejadian itu. Ketika terjadi gempa pada masa kekhalifahannya, ia berkata kepada penduduk Madinah, "Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!"

Seorang dengan ketajaman mata bashirah seperti Umar bin Khattab bisa, merasakan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh para penduduk Madinah, sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar As-Shiddiq telah mengundang bencana.

Umar pun mengingatkan kaum Muslimin agar menjauhi maksiat dan segera kembali kepada Allah. Ia bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jika terjadi gempa kembali. Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap ayat-ayat Allah.

Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy mengungkapkan, "Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia. Di kalangan Salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata, 'Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian'.''

Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga tak tinggal diam saat terjadi gempa bumi pada masa kepemimpinannya. Ia segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri, Amma ba'du, sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya."

"Allah berfirman, 'Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan tobat ataupun zakat). Lalu, dia mengingat nama Tuhannya, lalu ia sembahyang." (QS Al-A'laa [87]:14-15). Lalu katakanlah apa yang diucapkan Adam ‘Alaihis salam (saat terusir dari surga), 'Ya Rabb kami, sesungguhnya kami menzalimi diri kami dan jika Engkau tak jua ampuni dan menyayangi kami, niscaya kami menjadi orang-orang yang merugi."

"Dan katakan (pula) apa yang dikatakan Nuh ‘Alaihis salam, 'Jika Engkau tak mengampuniku dan merahmatiku, aku sungguh orang yang merugi'. Dan katakanlah doa Yunus ‘Alaihis salam, 'La ilaha illa anta, Subhanaka, Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim'."

Jika saja kedua Umar ada bersama kita, mereka tentu akan marah dan menegur dengan keras, karena rentetan "teguran" Allah itu tidak kita hiraukan bahkan cenderung diabaikan. Maka, sebelum Allah menegur kita lebih keras, inilah saatnya kita menjawab teguran-Nya. Labbaika Ya Allah, kami kembali kepada-Mu.

Jadi, masihkah menolak untuk tobat dan kembali kepangkuan syariat Islam?

Wallahu'alam bis showab! (M Fachry/arrahmah.com)