25 Desember 2010

Imam Hanafi, Ulama yang Berani Menolak Tawaran Penguasa


Imam Abu Hanifah atau Imam Hanafi dikenal sebagai seorang alim dalam ilmu fikih di Iraq. Beliau seorang imam Mazhab yang besar dalam dunia Islam. Di antara empat mazhab yang terkenal, hanya ia yang bukan orang Arab, yaitu dari Persia. Lahir di sebuah kota bernama Kufah pada tahun 80 Hijrah, bertepatan dengan 699 Masehi. Ketika itu pemerintahan Islam di tangan Abdul Malik bin Marwan, dari keturunan Bani Umayyah. Kepandaiannya tidak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai seorang yang mengerti betul tentang ilmu fikih, ilmu tauhid, dan juga ilmu hadis. Beliau juga pandai dalam ilmu sastera dan hikmah.

Dalam kesehariannya, ia dikenal sebagai seorang yang bertakwa dan saleh. Seluruh waktunya lebih banyak diisi dengan amal ibadah. Jika berdoa, matanya bercucuran air mata demi mengharapkan keridaan Allah Subhanahu wa ta'alaa. Dia adalah seorang yang kokoh dan kuat jiwanya, selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan beribadat dan berakhlak karimah. Setiap harinya, disamping sangat rajin menunaikan kewajiban, beliau pun jarang tidur dengan pulas meski malam hari. Tiap-tiap malam yang akhir, beliau selalu shalat lail dan membaca Al-Qur'an sampai khatam. Imam Syaqiq al Balkhi berkata: "Imam Abu Hanifah adalah seorang yang terhindar jauh dari perbuatan yang dilarang oleh agama; ia sepandai-pandai orang tentang ilmu agama dan seorang yang banyak ibadahnya kepada Allah; amat berhati-hati tentang hukum-hukum agama."
Imam Ibrahim bin Ikrimah berkata: "Di masa hidupku, belum pernah aku melihat seorang alim yang amat benci kemewahan hidup dan yang lebih banyak ibadahnya kepada Allah dan yang lebih pandai tentang urusan agama, selain Imam Abu Hanifah."

Ujian Berat

Imam Abu Hanifah terkenal berani dalam menegakan kebenaran yang telah diyakini. Berani dalam pengertian yang sebenarnya, berani yang berdasarkan bimbingan wahyu Ilahi. Beliau tak bagitu cinta terhadap kemewahan hidup, maka dari itu tak sedikit pun hatinya khawatir menderita sengsara. Karena menurutnya, sunnatulah masih berlaku bagi manusia, yaitu bahwa orang yang cinta kemewahan hidup di dunia biasanya menjadi panakut, tidak berani menegakan kebenaran yang diridai Allah.

Beliau adalah seorang yang apabila melihat kemungkaran atau maksiat, dengan seketika itu juga berusaha memusnahkannya. Sifat kelunakan segera lenyap dari hatinya, dan merah kedua matanya, kemudian bertindak keras terhadap kejahatan atau kemungkaran yang diketahuinya. Beliau berani menolak kedudukan yang diberikan oleh kepala negara; berani menolak pangkat yang ditawarkan oleh pihak penguasa waktu itu dan tidak sagggup menerima hadiah dari pemerintah berupa apapun juga. Hingga karenanya beliau ditangkap dan ditahan dalam penjara, dipukul, didera, dan dianiaya di penjara sampai menyebabkan kematiannya. Yang demikian itu karena beliau seorang pemberani dalam menegakan kebenaran yang diyakininya.

Suatu hari Gubernur Iraq Yazid bin Amr menawarkan jabatan Qadli kepada Imam Hanafi, tetapi beliau menolaknya. Tentu saja sang Gubernur tersingggung dan kurang senang. Perasaan kurang senang itu menumbuhkan rasa curiga. Oleh sebab itu, segala gerak-gerik Imam Hanafi diamat-amati. Kemudian pada suatu hari beliau diberi ancaman hukum cambuk atau penjara manakala masih jua menolak tawaran itu. Sewaktu mendengar ancaman tersebut, Imam Hanafi menjawab: "Demi Allah, aku tidak akan menduduki jabatan yang itu, sekalipun aku sampai dibunuh karenanya."
Akibat penolakan tersebut, Imam hanafi dimasukkan penjara dan dicambuk sebanyak 110 kali. Sekalipun demikian beliau tetap bersikeras pada pendirian semula.

Ketika keluar penjara, tampak di wajahnya bengkak-bengkak bekas cambukan. Hukuman cambuk itu memang semacam hukuman yang hina. Gubernur sengaja hendak menghinakan diri beliau yang sebenarnya mulia itu. Hukuman itu oleh Imam Hanafi disambut dengan penuh kesabaran serta dengan suara bersemangat beliau berkata: "Hukuman dunia dengan cemeti masih lebih baik dan lebih ringan bagiku tinimbang cemeti di akherat nanti."

Padahal beliau sudah berusia agak lanjut, kurang lebih 50 tahun. Imam Abu Hanifah di usia itu sempat menyaksikan peralihan kekuasaan negara, dari tangan bani Umayyah ke tangan bani Abbasiyyah. Sebagai kepala negara pertama adalah Abu Abbas as Saffah. Sesudah itu digantikan oleh Abu Ja'far al Manshur, saudara muda dari Khalifah sendiri. Pada masa pemerintahan Abu Ja'far, Imam Abu Hanifah mendapat panggilan ke Bagdad. Sesampai di istana, beliau ditunjuk dan diangkat menjadi hakim (qadhi) kerajaan di Baghdad. Waktu itu Abu Ja’far bersumpah bahwa Imam Hanafi harus menerima jabatan itu. Tawaran jabatan setinggi itu beliau tolak dan bersumpah tidak akan sanggup mengerjakannya.

Di tengah pertemuan ada seorang yang pernah menjadi santrinya dan sekarang menjadi pegawai kerajaan, tiba-tiba memberanikan diri berkata kepada beliau: "Apakah guru akan tetap menolak kehendak Baginda, padahal Baginda telah bersumpah akan memberikan kedudukan tinggi kepada guru?" Imam Hanafi dengan tegas menjawab: "Amirul mu'minin lebih kuat membayar kifarat sumpahnya dari pada saya membayar kifarat sumpah saya."
Oleh karena tetap menolak pengakatan itu, maka sebagai ganjarannya Imam Abu Haniafah ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara Baghdad. Suatu hari ia dipanggil menghadap istana. Abu Ja’far berkata: "Adakah engkau telah suka dalam keadaan seperti ini?"
Jawabnya tenang, "Semoga Allah memperbaiki Amirul Mu'minin! Wahai Amirul Mu'minin takutlah engkau kepada Allah, dan janganlah engkau bersekutu dalam kepercayaan engkau dengan orang yang tidak takut kepada Allah! Demi Allah, saya bukanlah orang yang bisa dipercaya di waktu tenang. Maka bagaimana mungkin saya menjadi orang yang bisa dipercaya di waktu marah? Sungguh saya tidak sepatutnya diberi jabatan yang sedemikian itu!"

Baginda berkata: "Kamu berdusta, karena kamu patut memegang jabatan itu!"
"Ya Amirul Mu'minin! Sesungguhnya baginda telah menetapkan sendiri (bahwa saya seorang pendusta). Jika saya benar, saya telah menyatakan bahwa saya tidak patut menjabat itu, dan jika saya berdusta, maka bagaimana Baginda akan mengangkat seorang hakim yang berdusta? Di samping itu, saya ini adalah seorang hamba yang dipandang rendah oleh bangsa Arab, dan mereka tidak akan rela diadili oleh seorang golongan hamba (maula) seperti saya ini."
Amirul mu'minin merasa tak mampu lagi membujuk dan melunakan ketegaran pendirian sang Imam. Maka ia bermaksud memangggil ibunda Imam Abu Hanifah yang waktu itu hidup pada usia sepuh. Sang Ibu diperintahkan agar berkenan membujuk anaknya agar menerima jabatan tersebut. Tetapi segala macam bujukan dan daya upaya sang Ibu selalu ditolak dengan halus dan keterangan yang sopan.

Pada suatu hari sang Ibu berkata, "Wahai Nu'man! Anakku yang kucintai! Buang dan lemparkan jauh-jauh pengetahuan yang telah engkau punyai ini, kecuali penjara, pukulan cambuk dan kalung rantai besi (akan menyiksamu) !"
Perkataan yang sedemikian itu, hanya dijawab oleh beliau dengan lemah lembut dan senyuman manis: "O... ibu! Jika saya menghendaki akan kemewahan hidup di dunia ini, tentu saya tidak dipukuli dan tidak dipenjarakan. Tetapi saya menghendaki akan keridaan Allah Subhanahu wa ta'alaa semata-mata, dan memelihara ilmu pengetahuan yang telah saya dapati. Saya tidak akan memalingkan pengetahuan yang selama ini saya pelihara kepada kebinasaan yang dimurkai Allah. [Masruli Abidin/aql/hidayatullah.com]

Muslim Inggris Kampanye Poster "Kejahatan Natal"


Kelompok Islam Inggris telah meluncurkan kampanye nasional berupa poster mencela Natal dan menyebutnya sebagai kejahatan. Pihak penyelenggara berencana untuk memasang ribuan plakat dan poster di sekitar Inggris yang mengklaim musim libur Natal bertanggung jawab atas perkosaan, kehamilan remaja, aborsi, pergaulan bebas, kejahatan dan pedofilia.

Mereka berharap kampanye ini akan membantu 'menghancurkan Natal' di negeri Inggris dan mengakibatkan warga Inggris masuk Islam sebagai gantinya. Anggota parlemen dari partai Buruh dan juga anti rasis Jim Fitzpatrick mengecam poster-poster tersebut yang ia anggap 'sangat menyinggung' dan menuntut poster-poster itu segera dirobek.

Poster/spanduk, telah muncul di beberapa bagian kota London, poster ditampilkan dengan warna yang meriah dengan gambar Bintang Betlehem di atas pohon Natal. Tetapi di bawah spanduk diumumkan 'kejahatan Natal' dengan fitur sebuah pesan lagu yang mengejek 12 Hari Natal. Bunyinya: "Pada hari pertama Natal, kekasihku memberiku sebuah STD (penyakit seksual menular). Pada hari kedua hutang, pada hari ketiga perkosaan, keempat kehamilan remaja dan kemudian aborsi. "

Menurut poster, Natal juga untuk bertanggung jawab atas kesyirikan (paganisme), kekerasan dalam rumah tangga, tunawisma, kekerasan umum (vandalisme), alkohol dan obat-obatan. Pelanggaran lain dari Natal, adalah dengan menyatakan, serta mengklaim Tuhan memiliki anak. Bagian bawah poster tersebut menyatakan: "Dalam Islam kita dilindungi dari semua kejahatan. Kami menikah, memiliki keluarga, kehormatan, martabat, keamanan, hak untuk pria, wanita dan anak-anak. "

Penyelenggara kampanye adalah Abu Rumaysah (27 tahun), yang pernah menyerukan Hukum Syari'ah di Inggris pada konferensi pers yang diadakan oleh pengkhotbah Anjem Choudary pemimpin kelompok Islam4UK. Abu Rumaysah mengatakan kepada Daily Mail bahwa dirinya tidak peduli aksinya tersebut menyinggung umat Kristen. Dia berkata: "Natal adalah dusta dan sebagai muslim adalah tugas kami untuk menyerang perayaan itu."
"Tapi serangan utama kami adalah pada buah (dampak dan akibat) dari Natal, hal-hal seperti penyalahgunaan alkohol dan pergaulan bebas yang meningkat selama Natal dan semua kejahatan lainnya yang menyebabkan aborsi, kekerasan domestik dan kejahatan.

"Kami berharap bahwa kampanye ini akan membuat orang menyadari bahwa Islam adalah satu-satunya cara untuk menghindari kejahatan dari Natal dan mau masuk Islam."
Abu Rumaysah, mengatakan kampanyenya tidak terkait dengan kelompok manapun, menegaskan bahwa poster-poster akan disiapkan di kota-kota di seluruh negeri, termasuk London, Birmingham dan Cardiff. Poster-poster yang dipasang tampaknya dicetak secara profesional.

24 Desember 2010

Masjid di Eropa dan AS yang Semula Gereja


Sampai tahun 1453, Hagia Sophia ( bahasa Arab: آيا صوفيا , (bahasa Turki: Aya Sofya; bahasa Yunani: Aγια Σοφία, "Kebijaksanaan Suci"), Sancta Sophia dalam bahasa Latin atau Aya Sofya dalam bahasa Turki) adalah sebuah gereja ini sering jatuh bangun dihantam gempa, meski bangunannya dibuat berbentuk kubah. Pada 7 Mei 558, di masa Kaisar Justinianus, kubah setelah timur runtuh terkena gempa. Pada 26 Oktober 986, pada masa pemerintahan Kaisar Basil II (958-1025, kembali terkena gempa).

Akhirnya renovasi besar-besaran dilakukan agar tak terkena gempa di awal abad ke-14. Keistimewaan bangunan ini terletak pada bentuk kubahnya yang besar dan tinggi. Ukuran tenghnya 30 m. Tinggi dan fundamennya 54 m. Interiornya dihiasi mosaik dan fresko, tiang-tiangnya terbuat dari pualam warna-warni, dan dindingnya dihiasi ukiran.

Saat Konstantinopel ditaklukkan Sultan Mehmed II pada hari Selasa 27 Mei 1453 dan memasuki kota itu, Mehmed II turun dari kudanya dan bersujud syukur kepada Allah, lalu pergi ke Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan mengubahnya menjadi masjid yang dikenal dengan Aya Sofia. Jumatnya langsung diubah menjadi masjid untuk salat Jumat.

Berbagai modifikasi terhadap bangunan segera dilakukan agar sesuai dengan corak dan gaya bangunan mesjid. Pada masa Mehmed II (1444-1446 dan 1451-1481) dibuat menara di selatan. Selim II (1566-1574) membangun 2 menara dan mengubah bagian bangunan bercirikan gereja. Termasuk mengganti tanda salib yang terpampang pada puncak kubah dengan hiasan bulan sabit.

Lantas selama hampir 500 tahun Hagia Sophia berfungsi sebagai mesjid. Patung, salib, dan lukisannya sudah dicopot atau ditutupi cat.

Di abad ke-21 ini, seiring meningkatnya jumlah Muslim di Eropa dan Amerika akibat dari arus Urbanisasi, angka kelahiran muslim dan bertambahnya jumlah mu’alaf di negara-negara tersebut serta meningkatnya kebutuhan akan sarana Ibadah Muslim, hal ini telah menimbulkan fenomena baru dengan berubah fungsinya Gereja-gereja menjadi Masjid dan tempat ibadah dari agama lain. Berikut ini beberapa cuplikan artikel yang berhasil kami himpun akan fenomena ini. Kaum muslimin di Belanda berusaha keras untuk mewujudkan Masjid an-Nashr di kota Routerdam dalam penampilan barunya setelah diumumkan adanya sebuah proyek besar untuk renovasi bangunan yang asalnya adalah sebuah gereja yang berhasil dibeli oleh minoritas muslim dari pengurus gereja.

Panitia pembaharuan masjid berkeinginan untuk menjadikan masjid tersebut sebagai masjid terbesar di benua Eropa, serta ingin menambahkan bangunan-bangunan lain untuk penyempurnaan fungsi masjid sebagai lembaga sosial dan kebudayaan di samping fungsinya sebagai tempat peribadatan. Ali at-Tasyi, Direktur Yayasan Masjid an-Nashr menjelaskan bahwa masjid akan mengalami pembaharuan dalam penampilan dan pelebarannya setelah beberapa pihak tertentu pada tahun-tahun terakhir ini menutup sebagian lokasi masjid karena rapuh dan hampir runtuh.At-Tasyi menambahkan: “25 tahun yang lalu kami mampu membeli bangunan tersebut seharga setengah juta Euro, dan bangunan masjid ini dulunya adalah sebuah gereja, lalu kaum muslimin membelinya pada tahun 1982.”

( Baca Selengkapnya )

23 Desember 2010

Teror pada Muslim AS

-Menjadi seorang muslim di negara yang mayoritas non-muslim memang butuh keteguhan hati. Paling tidak tatkala tekanan dari berbagai penjuru datang, seorang muslim dapat berdiri tegak menghadapi. Kondisi demikianlah yang menimpa seorang ayah di New Jersey. Namanya Muhammad Kahlil. Saat ini ia tengah berjuang di pengadilan agama setempat untuk mendapat hak untuk mengasuh anak semata wayangnya. Namun apa daya, hukum setempat berbicara lain. Pengajuannya ditolak. Ia tidak diperkenankan alias dilarang mengasuh anak laki-lakinya hanya karena dirinya seorang muslim.

Kahlil mengatakan, dengan mengutip pengacaranya, bahwa dirinya secara terbuka tidak akan mendapatkan kembali hak asuh anaknya. Kahlil sudah tidak bertemu dengan anaknya yang berumur enam tahun sejak anaknya itu dibawa ibunya dari rumah dan tinggal bersama orang tua angkat tanpa alasan yang tidak diketahui, karena alasan privasi hukum.

Kahlil sudah tidak menetap di tempat tersebut dan telah berpisah dengan ibu dari anak tersebut. Kahlil mengatakan kepada pengacaranya bahwa ia ingin kasusnya ditutup sehingga tidak terpublikasi. Akhirnya, Kahlil mengatakan bahwa ia hanya ingin anak laki-laki kecilnya itu kembali. "Saya hanya ingin anak saya. Saya ingin anak saya," ujarnya berulang-ulang kali yang memecahkan telinga. "Saya berpikir, saya telah mendapatkan semua alasan untuk mendapatkan anak saya kembali, dengan memberikannya mainan, bermain bersamanya," tuturnya lagi.


Kahlil mengaku telah bekerja sama dengan pengacara lain sebelumnya, tapi dalam perkembangan kasusnya tidak pernah ada saksi. Departemen Anak dan Keluarga mengatakan telah "menyadari kejadian (kasus) yang dituduhkan tersebut " dan "mencari solusi dari tuduhan tersebut."

Staf Departemen mengatakan, pembicaraan tekait kasus Kahlil masih terus berlangsung dengan Lembaga Hubungan Islam-AS (Council on American Islamic Relations), yang akan membantu Kahlil dalam mendapatkan haknya. Sementara dalam konferensi persnya, Selasa (21/12) kemarin, Muhammaed Khalil mengatakan kepada Divisi Remaja dan Pelayanan Keluarga Pekerja bahwa dirinya menerima serangkaian penghinaan saat saat berada di Restoran Paterson yang ramai pengunjung.

Kahlil, pemegang kartu hijau dari Mesir itu, mengatakan seroang pengacara menanyakan kepadanya "dimana pisau kamu? Kamu akan menggorok leher saya" dan dia juga menanyakan "dimana bom yang kau simpan di dalam tubuhmu?" Perempuan muslim lainnya, Sandy Dahmra, yang bersama Kahlil di restauran, dengan menduga-gua mengatakan, "pulang sana ke kampung halaman mu." Baik Kahlil dan Dahmra, mereka juga menerima perkataan langsung, termasuk seorang "teroris," "pengikut atau pencinta Bin Laden" dan "Kenapa kamu tidak menghubungi Tuhanmu." REPUBLIKA.CO.ID, PATERSON, N.J.-

22 Desember 2010

Rekomendasi Blog tentang Pemurtadan dan Pemusliman


Blog ini secara khusus berisi tentang apologi islami dan comparative religion untuk menanggapi maraknya gerakan pemurtadan dan kristenisasi yang dilancarkan oleh para misionaris melalui buku-buku dan brosur yang menghujat Islam.

Blog ini hadir didasari dengan keyakinan bahwa segala kemungkaran harus dicegah dan dilawan dengan segenap kemampuan, yang dalam terminologi Islam dikenal dengan nahi mungkar sesuai dengan Sabda Nabi Muhammad SAW:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِْيمَانِ

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah merubah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisan. Jika tidak maka rubahlah dengan hati, tapi yang demikian itu adalah selemah-lemah iman” (HR. Muslim).

Dalam kacamata Alkitab, nahi mungkar ini sesuai dengan amanat Yesus:
“Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia” (Lukas 17:3).

Semoga blog ini bermanfaat.

A. Ahmad Hizbullah MAG

Mewaspadai Pemurtadan via Pendangkalan Aqidah


Ketika Orde Baru jaya, banyak para pejabat yang tidak percaya adanya kristenisasi besar-besaran yang telah terjadi di Indonesia. Tetapi setelah dikeluarkan buku “Fakta dan Data” tentang kristenisasi di Indonesia oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, semua pihak terperangah dan yakin bahwa pihak misionaris zending telah bekerja keras siang-malam untuk mengkristenkan umat Islam secara khusus.

Pada Orde Reformasi mereka semakin berani melakukan kristenisasi secara terbuka bahkan keji. Mereka menggunakan Al-Qur`an dan Hadits dengan diputarbalikkan untuk membenarkan ajaran sesat mereka, dan untuk mengelabui umat Islam. Gerakan kristenisasi bergerilya dengan kedok “dakwah ukhuwwah” dan “shirathal mustaqim” secara gencar dan tersembunyi, gerakan itu dikoordinasi oleh Yayasan NEHEMIA yang dipelopori Dr. Suadi Ben Abraham, Kholil Dinata dan Drs. Poernama Winangun alias H. Amos.

Mereka telah mengeluarkan beberapa buku diantaranya:
1. Upacara Jama`ah Haji
2. Ayat-ayat yang menyelamatkan
3. Isa `alaihis salam dalam pandangan Islam
4. Riwayat singkat pusaka peninggalan Nabi Muhammad saw
5. Membina kerukunan umat beragama
6. Rahasia jalan ke surga
7. Siapakah yang bernama Allah itu?

( Baca Selengkapnya )

Tina Styliandou: Dulu Aku Diajari untuk Membenci Islam

Saya lahir di Athena, Yunani, dari orang tua penganut Kristen Ortodok Yunani. Keluarga ayah saya tinggal di Istanbul, Turki, hampir di seluruh hidup mereka. Ayah pun lahir dan besar di sana. Mereka keluarga sejahtera, berpendidikan baik dan seperti sebagian besar Kristen Ortodok yang tinggal di negara Islam, mereka sangat berpegang teguh dengan ajaran agama. Tiba masa ketika pemerintah Turki memutuskan menendang mayoritas keturunan Yunani keluar dari negara itu dan menyita kekayaan, rumah serta bisnis mereka. Kondisi itu memaksa keluarga ayah saya kembali ke Yunani dengan tangan kosong. Ini yang dilakukan Muslim Turki dan itu yang mengesahkan, menurut mereka, untuk membenci Islam. Keluarga Ibu saya tinggal di sebuah pulau Yunani di perbatasan antara Yunani dan Turki. Selama serangan Turki berlangsung, Turki menguasai pulau tersebut, membakar rumah-rumah. Demi keselamatan, penduduk pulau pun melarikan diri di daratan utama Yunani. Lebih banyak alasan lagi untuk membenci Muslim Turki.

Yunani, lebih dari 400 tahun dikuasai Turki. Akhirnya kami, kaum muda Yunani diajarkan untuk meyakini bahwa setiap kejahatan yang dilakukan terhadap Yunani, adalah tanggung jawab Islam. Jadi, selama beratus tahun kami diajari, dalam buku-buku sejarah dan agama, untuk membenci dan mengolok-olok agama Islam. Dalam buku kami, Islam bukanlah sebuah agama dan Rasul Muhammad saw. bukanlah nabi. Ia hanyalah seorang pemimpin dan politisi sangat cerdas yang mengumpulkan aturan dan hukum dari kitab Yahudi dan Kristen. Lalu ia menambahi dengan ide-idenya sendiri dan menguasai dunia. Di sekolah, kami bahkan diajari untuk mengolok-olok dia, istrinya serta sahabat-sahabatnya. Semua 'karikatur' dan lelucon kasar terhadapnya--yang dipublikasikan di banyak media saat ini--adalah bagian dari pelajaran kelas dan ujian kami!.

Alhamdulillah, Allah melindungi hati saya dan kebencian terhadap Islam tak pernah memasuki kalbu. Bantuan terbesar bagi saya mungkin dari dua orang tua yang bukanlah sosok relegius. Mereka jarang mempraktekkan ritual keagamaan dan hanya datang ke gereja saat ada pernikahan dan pemakaman. Alasan yang membuat ayah saya menarik diri dari agamanya ialah korupsi yang ia saksikan dilakukan para pendeta setiap hari. Bagaimana mungkin orang-orang ini berkotbah tentang Tuhan dan kebaikan tapi pada saat bersamaan mencuri dari dana gereja, membeli vila dan memiliki mobil Mercedes serta menyebarkan gagasan homoseksual di kalangan mereka sendiri? Apakah ini perwakilan yang benar dari agama yang akan memandu kami, mengoreksi kami dan mendekatkan kami kepada Tuhan. Ayah saya muak dengan mereka dan itulah yang membuat ia menjadi atheis. Gereja-gereja pun mulai kehilangan jemaat, paling tidak di negara saya, karena aksi para pendeta.

Tak Puas dengan Keyakinan Awal

Sebagai remaja, saya mencintai buku dan membaca banyak. Saya sendiri tidak pernah benar-benar puas dengan Kristen yang saya peluk. Saya mempercayai Tuhan, rasa takut dan cinta kepadanya, namun yang lain sungguh membingungkan saya. Saya mulau mencari namun saya tak pernah mencari dan memelajari Islam. Mungkin karena latar belakang pendidikan saya bertentangan dengan ajaran ini.

Namun alhamdulillah, Ia mengasihi jiwa saya dan memandu saya kepada cahaya. Ia mengirimkan ke hidup saya seorang suami, lelaki Muslim yang menumbuhkan cinta ke dalam hati saya. Kami saat itu menikah tanpa memedulikan perbedaan agama. Suami saya selalu bersedia menjawab pertanyaan apa pun yang terkait agamanya, tanpa merendahkan keyakinan saya--bagaimanapun salahnya mereka. Ia tak pernah menekan atau bahkan meminta saya untuk berpindah agama.

Setelah tiga tahun menikah, memiliki kesempatan mengenal Islam lebih jauh dan membaca Al Qur'an langsung, dan juga buku-buku agama lain, saya pun meyakini tak ada sesuatu yang bersifat trinitas. Muslim meyakini hanya Satu Tuhan yang tak bisa disandingkan dengan apa pun. Tidak memiliki anak, pasangan dan tidak ada sesuatu di muka bumi yang berhak disembah selain Dia. Tidak ada satupun yang berbagi keesaannya dengan-Nya dan juga sifat-sifat-Nya.

Menjadi Muslim

Saya pun memeluk Islam. Namun saya menyembunyikan agama baru dari orang tua, teman-teman selama bertahun-tahun. Kami tinggal bersama di Yunani tanpa pernah meninggalkan ajaran Islam dan sungguh luar biasa sulit, hampir mustahil. Di kampung halaman saya tidak ada masjid, tidak ada akses ke studi Islam, tidak ada orang berdoa atau berpuasa, atau seseorang mengenakan jilbab.

Ada beberapa imigran Muslim yang datang ke Yunani untuk masa depan keuangan lebih cerah. Mereka membiarkan kehidupan Barat menarik dan mengorupsi mereka. Hasilnya, mereka tak mengikuti ajaran agama dan mereka sepenuhnya tersesat. Suami dan saya harus shalat dan berpuasa mengikut kalender. Tidak ada Adzhan dan tidak ada komunitas Islam untuk mendukung kami. Kami merasa setiah hari mengalami kemunduran. Keyakinan kami melemah dan gelombang menyeret kami.

Ketika putri kami lahir, kami memutuskan--demi menyelamatkan jiwa kami dan putri kami--bermigrasi ke negara Islam. Kami tidak ingin membesarkan dia dalam lingkungan Barat yang bebas di mana ia harus berjuang keras menjaga identitas dan mungkin berakhir tersesat. Terimakasih Tuhan, ia telah memandu kami dan membawa kami kesempatan untuk bermigrasi ke negara Islam, di mana kami mendengar kalimat-kalimat merdu Adhzan. Kami pun dapat meningkatkan pengetahuan dan cinta kami pada-Nya serta pada Rasul Muhammad. saw.

REPUBLIKA.CO.ID,

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Sumber: Reading Islam

21 Desember 2010

Timur Leng, Sang Penakluk Dunia Yang Setia Mengabdi Pada Allah


Kurang lebih 550 tahun silam, adalah seorang lelaki yang berusaha menjadikan dirinya sebagi penguasa dunia, tulis sejarawan terkemuka Inggris Harorld Lamb dalam bukunya, Tamerlane Sang Pengguncang dunia. Segala sesuatu yang diusahakan selalu berhasil, sehingga orang menyebutnya sebagai “Tamerlane” sang penakluk dunia.

Ia dilahirkan pada 8 April 1336 M/25 Sya’ban 736 H di kota Hijau. Ia adalah anak Taragai, kepala suku Barlas di Uzbekistan, Asia tengah sekarang. Taragai, sang ayah kabarnya masih keturunan Karachar Noyan, kerabat Jagatai, anak Jengis Khan. Tapi Timur Leng, sering disebut sebagai keturunan Jengis Khan. Belakangan ia masuk Islam dan berpaham Syiah. Ada yang bilang ia menganut tarekat Naqsyabandiyah.

Di masa kecil ia tidak punya apa-apa, kecuali seekor lembu. Tapi yang istimewa, bersama ayahandanya ia biasa menghabiskan waktunya bersama-sama orang suci. Ayahandanyalah yang mengajarkan Islam kepada anaknya ini. Suatu hari ayahandanya berkata, “Dunia ini tidak lebih baik ketimbang sebuah Jambangan bunga emas yang penuh berisi Kalajengking dan Naga.” Itulah pandangan hidup ayahandanya tentang dunia, yang terpatri kuat dalam sanubari Timur Leng.

Thalhah bin Ubaidillah: Tetangga Rasulullah di Surga


Beliau adalah seorang sahabat Nabi shollallohu 'alaihi wasallam yang berasal dari suku Quraisy. Nama lengkapnya adalah Thalhah bin Abdullah bin Usman bin Kaab bin Said rodliallohu 'anhu.

Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah disebutkan bahwa Thalhah termasuk orang bijak, ulama kaum Quraisy dan termasuk salah satu di antara delapan orang yang mula-mula masuk Islam. Beliau masuk Islam di tangan Abu Bakar ash-Shiddiq rodliallohu 'anhu. Karenanya beliau dan Abu Bakar dijuluki Al-Qarinain (dua sahabat akrab).

Bersama dengan Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam, ia ikut dalam Perang Uhud, Perang Hunain, dan Perang Tabuk. Dalam Perang Uhud, Rasulullah menggelarinya Thalhah Al-Khair (orang baik). Sementara dalam Perang Hunain, Beliau menggelarinya Thalhah Al-Jud (orang yang dermawan). Sedangkan dalam Perang Tabuk digelari dengan Thalhah Al-Fayyadh dan Ash-Shubaih Al-Mulaih Al-Fushaih.

Dalam Perang Uhud, ia menderita luka parah yang luar biasa. Dia menggunakan dirinya menjadi perisai bagi Nabi Muhammad dan mengalihkan panah yang akan menancap diri Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam dengan tangannya sehingga semua jari-jarinya terputus. Kemudian ia menggendong Beliau dan membawanya naik ke puncak bukit. Beliau tergolong sahabat yang kaya raya dan gemar berderma.

Tentang Thalhah rodliallohu 'anhu, Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam bersabda,"Thalhah dan Zubair, keduanya adalah tetanggaku di surga" (Hadits Riwayat At-Tirmidzi). Beliau juga mengatakan, "Siapa yang ingin melihat seorang syahid berjalan di muka bumi, hendaklah ia melihat Thalhah ibn Ubaidillah" (HR At-Tirmidzi).

20 Desember 2010

Da'wah Nabi Isa 'Alaihissalam


Nabi Isa berdiri di atas sebuah bukit dan beliau mulai melakukan salat. Tetesan-tetesan air mata mulai berlinang dari pipinya dan jatuh ke bumi. Nabi Isa mulai merenung dan menangis. Di sana terdapat bunga yang nyaris mati karena kehausan lalu ketika ia mendapatkan tetesan air mata al-Masih, maka bunga itu mekar kembali dan mendapatkan kehidupan. Tetesan air mata al-Masih menyelamatkannya, sebagaimana beliau akan menyelamatkan manusia dengan dakwahnya. Di malam yang penuh berkah ini pula, dua orang Nabi yang mulia meninggalkan bumi, yaitu Nabi Yahya dan Nabi Zakaria. Kedua Nabi itu dibunuh oleh penguasa. Sejak kepergian mereka berdua, bumi kehilangan banyak dari kebaikan. Pada malam itu juga, turunlah wahyu kepada Isa bin Maryam. Allah subhanahu wa ta'alaa memutuskan perintah-Nya agar ia memulai dakwahnya.
Nabi Isa menutup lembaran halus dari kehidupannya yaitu lembaran yang penuh dengan tafakur dan ibadah. Beliau memulai perjalanannya yang berat dan penuh tantangan serta penderitaan, beliau mulai berdakwah di jalan Allah subhanahu wata ta'alaa, beliau mulai membangun kerajaan yang tegak berdasarkan kerendahan hati dan cinta. Kerajaan yang penguasanya bertujuan untuk membebaskan dan menyucikan ruh. Kerajaan yang memancarkan sikap rendah diri dan cinta. Nabi Isa ingin menyelamatkan ruhani. Ajaran Nabi Isa berdasarkan keimanan terhadap hari kiamat dan kebangkitan. Nilai-nilai dan pemikiran tersebut tidak ditemukan dalam kehi-dupan orang-orang Yahudi.

Syariat Musa 'alaihissalam menetapkan pemberlakuan hukum qisas, barangsiapa yang memukulmu di pipi sebelah kananmu, maka pukullah pipi sebelah kanannya. Lalu bagaimanakah orang-orang Yahudi menerapkan hukum qisas tersebut? Jika yang dipukul mampu untuk menghancurkan rumah orang yang memukul, maka ia tidak perlu merasa puas hanya sekadar memukul pipi sebelah kanannya, namun jika ia tidak mampu, maka hendaklah ia memukul pipi sebelah kanannya. Namun boleh jadi hatinya dipenuhi dengan dendam karena ia tidak dapat menghancurkan rumahnya.

Jadi, kebencian adalah pelabuhan tempat bersinggahnya syariat Musa. Meskipun beliau adalah seorang Nabi yang merupakan cermin cinta Ilahi yang besar namun syariatnya kini berada di bawah kekuasaan hati-hati yang mati, yaitu hati-hati yang penuh dengan dendam dan kebencian. Lalu, apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap semua ini? Allah subhanahu wa ta'alaa telah mengutusnya dan memperkuat Taurat yang dibawa oleh Musa sebagaimana Allah subhanahu wa ta'alaa menurunkannya kepada Musa. Jadi, seorang nabi tidak menghancurkan tugas nabi sebelumnya. Para nabi bagaikan satu mata rantai yang tujuannya adalah satu, yaitu menciptakan kesucian dan mempertahankan kebenaran serta mengesakan Allah Subhanahu wa ta'alaa.

( Baca Selengkapnya )

Isa 'alaihissalam Sebelum Menjadi Nabi


Maryam berhenti dan tampak wajahnya yang pucat dan semakin bertambah. Mihrab itu dipenuhi dengan kalimat-kalimat para malaikat yang memancarkan cahaya. Maryam merasa bahwa pada hari-hari terakhir terdapat perubahan pada suasana rohaninya dan fisiknya. Di tempat itu tidak terdapat cermin sehingga ia tidak dapat melihat perubahan itu. Tetapi ia merasa bahwa darah, kekuatan dan masa mudanya mulai meninggalkan tempatnya dan digantikan dengan kesucian dan kekuatan yang lebih banyak. Beliau menyadari bahwa beliau sedang gugup.

Beliau merasakan kelemahan manusiawi dan adanya kekuatan yang luar biasa. Setiap kali tubuhnya merasakan kelemahan, maka bertambahlah kekuatan dalam ruhnya. Perasaan yang demikian ini justru membangkitkan kerendahan hatinya. Maryam mengetahui bahwa ia akan memikul tanggung jawab besar.
“Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yong semasa dengan kamu).” (QS. Ali ‘Imran: 42)

Dengan kalimat-kalimat yang sederhana ini Maryam memahami bahwa Allah subhanahu wa ta'alaa telah memilihnya dan menyucikannya dan menjadikannya penghulu para wanita dunia. Beliau adalah wanita terbesar di dunia. Para malaikat kembali berkata kepada Maryam: “Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang ruku.” (QS. Ali ‘Imran: 43)

Perintah tersebut ditetapkan setelah adanya berita gembira agar beliau meningkatkan kekhusukannya, sujudnya, dan rukuknya kepada Allah subhanahu wa ta'alaa. Maryam lupa terhadap pohon mawar dan beliau kembali salat. Maryam merasakan bahwa sesuatu yang besar akan akan terjadi padanya. Beliau merasakan hal itu sejak beberapa hari, tetapi perasaan itu semakin menguat saat ini.
( Baca Selengkapnya )

Kisah Akhwat Mualaf Inggris Bersyiar Islam

"Orang tua saya selalu mengira saya tidak normal, bahkan sebelum saya menjadi seorang Muslim. Pada remaja awal saya, bila mereka menemukan saya menonton TV pada Jumat malam maka mereka berkata, "Apa yang kamu lakukan di rumah? Apakah kau tidak punya teman untuk pergi keluar? " Catherine Huntley, 21 tahun, berkisah masa lalunya.

Padahal, katanya, yang benar adalah, "Saya tidak suka alkohol, saya belum pernah mencoba merokok, dan saya tidak tertarik pada anak laki-laki Inggris kebanyakan." Ini berlangsung sejak dulu, sejak dia remaja.

Catherine adalah gadis pendiam. Dia juga cerdas. Baginya, ketimbang keluyuran tidak jelas, mendingan duduk di belakang laptop; berselancar di dunia maya. Hingga suatu hari, ia terpaku pada sebuah situs keislaman. Ia mencoba mencari tahu ke situs-situs lainnya. "Saya bisa menghabiskan waktu makan siang setiap membaca tentang Islam pada komputer. Damai di dalam hati saya dan tidak ada lagi yang lebih penting selain itu," ujar asisten ritel yang tinggal di Bournemouth, Inggris ini.

Baginya, ajaran Islam sungguh memesona. Tak puas hanya berselancar, diapun mulai rajin mengoleksi buku-buku keislaman. Terjemah Alquran sudah dimilikinya sejak awal pertama berselancar dan menemukan damai yang dimaksudnya. "Saya tidak pernah bertemu seorang Muslim sebelumnya, jadi saya tidak punya prasangka," ujarnya.

Suatu hari, ia mendiskusikan apa yang dibacanya dengan orangtuanya. "Tetapi orangtua saya tidak begitu berpikiran terbuka. mereka ngeri dan berkata, 'Kita akan membicarakannya bila nanti kau berusia 18 tahun," ia mengisahkan.

Namun, gairah mempelajari Islam menyala-nyala dalam diri Catherine. Tak cukup membeli buku-buku keislaman, ia pun muklai mengoleksi baju-baju panjang dan kerudung. "Semua saya simpan rapi dalam laci," tambahnya.

Ia pun mulai berpakaian lebih sederhana dan diam-diam berpuasa selama bulan Ramadhan. Ia mengaku seperti menjalani kehidupan ganda, sampai suatu hari, ketika berumur 17 tahun, ia merasa tidak bisa menunggu lebih lama lagi. "Saya menyelinap keluar rumah, meletakkan jilbab saya dalam sebuah tas dan naik kereta ke Bournemouth. Tujuannya satu, saya akan berikrar sebagai seorang Muslim."

Seminggu setelah bersyahadat, sang ibu datang ke kamarnya dan berkata," Apakah kau punya sesuatu untuk dikabarkan padaku?" Dia menarik sertifikat mualaf dari sakunya. Bagi orangtuanya, mereka lebih suka menemukan hal lain pada saat itu - obat-obatan, rokok, kondom - tapi bukan sertifikat mualaf dan jilbab.

"Mereka hingga kini tidak bisa memahami mengapa saya menyerahkan kebebasan saya demi sebuah agama asing. Mengapa saya ingin bergabung semua teroris dan pelaku bom bunuh diri," ujarnya.

Namun, ia bertahan. Walau diakuinya, sangat sulit menjadi satu-satunya Muslim dalam keluarga pembenci Muslim, dan menempatkannya menjadi "musuh keluarga". Dia mengaku melakukan shalat secara sembunyi-sembunyi, persis di depan pintu kamar, sehingga setidaknya, sang kakak akan terganjal saat ia mencoba masuk ke kamar. Atau, sang ibu tiba-tiba akan menjadi sangat aktif bicara saat dia sedang shalat, sehingga mau tak mau ia harus sering berhenti untuk menyahuti pertanyaannya.

Ia mulai tak nyaman ketika mereka terang-terangan menyatakan ketidaksukaannya pada Islam. Misalnya saja, saat membaca tulisan tentang cadar di koran, ibunya berkata, "tak lama lagi Catherine akan menjadi seperti itu."

Puncaknya, saat sang kakak mengolok-olok perempuan Muslim yang selalu berjalan tiga langkah di belakang suaminya. "Mendapat ini saya benar-benar marah, karena itu budaya, bukan agama. Tunangan saya, yang saya temui delapan bulan lalu, dari Afghanistan dan ia percaya bahwa seorang wanita Muslim adalah mutiara dan suaminya adalah kerang yang melindungi dia."

Ia pun memutuskan keluar dari rumah itu.

Kini, Catherine tengah bersiap menikah. Dia mengundang keluarganya, tapi tak banyak berharap mereka akan datang." Sungguh menyakitkan berpikir saya tidak akan pernah memiliki pernikahan seperti dalam dongeng, dikelilingi oleh keluarga saya. Tapi saya berharap hidup baru saya dengan suami saya akan jauh lebih bahagia. Aku akan membuat rumah yang sejuk dan damai, tanpa harus merasakan sakit orang menilai saya."
REPUBLIKA.CO.ID,LONDON-

05 Desember 2010

Menyambut Tahun Baru Hijriyah 1432



Besok kita akan memasuki tanggal 1 Muharram 1432 H. Seperti kita ketahui bahwa perhitungan awal tahun hijriyah dimulai dari hijrahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lalu bagaimanakah pandangan Islam mengenai awal tahun yang dimulai dengan bulan Muharram? Ketahuilah bulan Muharram adalah bulan yang teramat mulia, yang mungkin banyak di antara kita tidak mengetahuinya. Namun banyak di antara kaum muslimin yang salah kaprah dalam menyambut bulan Muharram atau awal tahun. Silakan simak pembahasan berikut.

Dalam diin (agama) ini, bulan Muharram (dikenal oleh orang Jawa dengan bulan Suro), merupakan salah satu di antara empat bulan yang dinamakan bulan haram. Lihatlah firman Allah Ta’ala berikut.

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)

Ibnu Rajab mengatakan, ”Allah Ta’ala menjelaskan bahwa sejak penciptaan langit dan bumi, penciptaan malam dan siang, keduanya akan berputar di orbitnya. Allah pun menciptakan matahari, bulan dan bintang lalu menjadikan matahari dan bulan berputar pada orbitnya. Dari situ muncullah cahaya matahari dan juga rembulan. Sejak itu, Allah menjadikan satu tahun menjadi dua belas bulan sesuai dengan munculnya hilal. Satu tahun dalam syariat Islam dihitung berdasarkan perputaran dan munculnya bulan, bukan dihitung berdasarkan perputaran matahari sebagaimana yang dilakukan oleh Ahli Kitab.”

( Baca Selengkapnya )

Renungan Hijrah dan Keprihatinan Gaza



Allah subhanahu wa ta'alaa berfirman :

وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu, dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”. (Al-Anfal:30)

Demikianlah Allah menyampaikan wahyu kepada nabi-Nya dan hamba pilihan-Nya saat dunia dalam keadaan gelap dan semakin keras tantangan terhadap dakwah yang diembannya, dan dari sini saya terus mengulang untuk ikhwan dan para pejuang di Gaza yang tercinta, saat kita hidup di bawah naungan hijrah yang penuh berkah dan nilai-nilainya yang agung dan mulia serta petunjuk-petunjuknya yang memiliki arti dan pengaruh yang sangat besar; karena antara dua peristiwa tersebut ada kesamaan dan kesesuaian yang kuat.

Seakan masa sedang mengitari porosnya, dan seakan kita hidup pada satu kondisi yang sama saat terjadi hijrah yang penuh berkah; terhadap apa yang terjadi pada ikhwan kita dan permata hati kita di Gaza serupa dengan apa yang terjadi pada kondisi saat itu (hijrah nabi shollalohu 'alaihi wasallam); konspirasi dan tantangan dari kerabat dekat dan jauh, usaha untuk menghancurkan dan memerangi mereka dengan berbagai macam sarana yang tidak manusiawi; bukan untuk tujuan lain kecuali memerangi Allah, Rasul-Nya dan menggagalkan proyek Islam.

Sejarah Sekitar Hijrah Nabi

Penentangan kaum kuffar terhadap dakwah Islam dilakukan dengan segala cara. Dengan cara hal yang manis menggiurkan, berupa tawaran duniawi, cara ini tidak mempan. Dengan cara tawar menawar, yaitu tawaran kepada Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam. agar menyembah tuhan mereka sehari, dan mereka menyembah Tuhan-nya Muhammad sehari. Dengan cara teror, intimidasi bahkan upaya pembunuhan. Semua cara berujung kegagalan.

Demikianlah Allah menggagalkan teror, tipuan, dan tawar menawar di hadapan gelombang dakwah di jalan Allah subhanahu wa ta'alaa. Mereka gagal memadamkan cahaya iman dan tauhid.

Maka kaum Quraisy kembali menggunakan cara kekerasan dan penindasan kepada kaum muslimin dengan perlakuan yang tidak tertahankan manusia kecuali mereka yang beriman. Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam. yang melihat penderitaan para sahabatnya itu, dan sama sekali tidak bisa melawan, menyuruh mereka untuk meninggalkan kampung halamannya itu, dilandasi oleh semangat menyelamatkan, maka terjadilah hijrah ke Habasyah.

03 Desember 2010

Syari'at Sholat Safar

Banyak keraguan yang timbul dalam melaksanakan sholat saat berada di perjalanan atau sebagai Musafir. Sholat dalam perjalanan ini disebut Sholat Musafir atau Sholat Safar.
Keraguan ini sangatlah dimungkinkan karena selain cara menyikapi Keringanan tersebut juga banyaknya dalil yang membahas sekitar Sholat Musafir ini baik yang shahih atau dlo’if.

Tidak jarang banyak yang beranggapan bahwa keringanan atau kemudahan ini sebagai bukan bagian dari Ibadah apalagi sering diiringi dengan rasa kurang afdhal bahkan malu dalam menjalankannya. Bahkan dengan mengambil kemudahan atau keringanan itu ada juga menganggap akan mengurangi pahalanya. Tetapi apakah pemahaman atau ini sudah benar ?

Berikut adalah dasar-dasar yang membahas kemudahan atau keringanan :

“Dan apabila kalian bepergian di muka bumi, tidak mengapa kalian mengqashar shalat kalian, jika kalian takut diserang orang-orang kafir” (Q.S 4 : 101). Tetapi betulkah penafsirannya “tidak mengapa” adalah “tidak perlu menjalankan” dan “jika kalian takut diserang” adalah “hanya cocok untuk jaman dulu saja karena sekarang (khususnya di Indonesia) sudah tidak ada perang”?

Mari kita lihat hadits berikut ini :

Tsa’labah bin Umayah berkata : “Aku telah bertanya kepada Umar radliallohu 'anh. tentang firman Allah (Q.S 4 : 101), mengapa kalian mengqashar shalat, sedangkan sekarang ini orang-orang telah aman. Umar menjawab : Aku heran dari apa yang engkau herankan. Maka aku bertanya kepada Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam (tentang firman Allah tersebut), lalu beliau menjawab :

“Itu adalah sedekah dari Allah untuk kalian, maka terimalah oleh kalian sedekahNya itu”


( Baca Selengkapnya )

Syari'at Sholawat Nabi Shollalohu 'Alaihi Wasallam

Terdapat perintah untuk memperbanyak shalawat kepada beliau di hari Jum’at sebagaimana kandungan hadits Awas bin Awas yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan dishahihkan Ibnu Hibban dan Hakim. Hadits lain yang menerangkan keutamaan bershalawat kepada nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hadits yang berbunyi,

الْبَخِيلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

“Orang yang pelit adalah mereka yang tidak bershalawat kepadaku tatkala namaku disebutkan di hadapannya.”


Diriwayatkan oleh Tirmidzi, An Nasaa’i, Ibnu Hibban, Hakim dan Isma’il Al Qadli dan beliau secara panjang lebar memaparkan berbagai jalan periwayatan hadits tersebut serta menjelaskan perselisihan di dalamnya dari hadits yang diriwayatkan Ali dan anaknya Al Husain. Derajat hadits ini minimal hasan.


Diantara hadits tersebut adalah hadits,

مَنْ نَسِيَ الصَّلَاةَ عَلَيَّ خَطِئَ طَرِيقَ الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang lupa bershalawat kepadaku, maka telah salah jalan untuk menuju surga.”

Diriwayatkan Ibnu Majah dari Ibnu ‘Abbas, Al Baihaqi dalam Asy Syu’ab dari hadits Abu Hurairah, Ibnu Abi Hatim dari Jabir, Thabrani dari Husain bin ‘Ali dan berbagai jalur periwayatan tersebut saling menguatkan.


Dan hadits,

رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

“Semoga Allah menghinakan seorang yang tidak bershalawat kepadaku tatkala namaku disebutkan di hadapannya.” Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abu Hurairah dengan lafadz,

من ذكرت عنده فلم يصل علي فمات فدخل النار فأبعده الله

“Barangsiapa yang tidak bershalawat kepadaku ketika namaku disebutkan di hadapannya, kemudian meninggal, maka dirinya masuk neraka dan dijauhkan dari rahmat Allah.”


Hadits ini memiliki penguat dan dishahihkan Hakim serta memiliki beberapa penguat yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani dari Abu Dzar, juga hadits Anas yang diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah, dan hadits mursal dari Al Hasan yang diriwayatkan Sa’id bin Manshur.

Ibnu Hibban meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, Malik ibnul Huwairits, Thabrani meriwayatkan hadits dari Abdullah bin ‘Abbas dan terdapat hadits dari Abdullah bin Ja’far yang diriwayatkan Al Faryabi dan hadits Ka’ab bin ‘Ujrah yang diriwayatkan Hakim dengan lafadz,

بعد من ذكرت عنده فلم يصل علي

“Semoga dijauhkan dari rahmat Allah, orang yang tidak bershalawat kepadaku tatkala namaku disebutkan di hadapannya”

Thabrani meriwayatkan dari Jabir secara marfu’,

شقي عبد ذكرت عنده فلم يصل علي

“Sungguh celaka seorang hamba yang tidak bershalawat kepadaku tatkala namaku disebutkan di hadapannya.”


( Baca Selengkapnya )