24 November 2007

Tegak dalam Kebenaran

Ketika pertama kali Rasulullah memperkenalkan ajaran tauhid kepada kaumnya, reaksi yang muncul sangat negatif. Mereka menertawakan ajaran yang dianggap aneh itu, dan mencap pembawanya sebagai orang yang gila atau kerasukan syetan.

Kenyataan itu dihadapi Rasulullah dengan penuh kesabaran, sehingga satu-persatu kaumnya memeluk ajaran Islam. Pada mulanya ditertawakan, lalu dibenci dan dimusuhi. Kaum muslimin mendapat serangan bertubi-tubi, hingga mengharuskan mereka mencari tempat yang lebih aman untuk menjalankan keyakinannya.

Hijrah pertama, kedua, ketiga, dan selanjutnya ke Madinah membawa berkah tersendiri. Dalam waktu yang relatif pendek Islam tersebar ke mana-mana. Pengikutnya semakin banyak. Apalagi setelah Makkah berhasil ditaklukkan, maka Islam menjadi sangat dominan.

Setelah Rasulullah mangkat, penerusnya tidak kalah progresif dalam menyebarkan syi'ar Islam. Satu dua negara ditaklukkan, sampai pada akhirnya Islam tidak saja dianut oleh penduduk jazirah Arab, tapi menyentuh batas-batas Afrika, Asia dan Eropa. Di masa khalifah Umar bin Khaththab, Islam bahkan sudah menyeberang benua.

Pada saat Islam sudah menjadi mayoritas, salah seorang pemuda Arab berdo'a dengan amat khusyu'nya. Umar yang saat itu dekat dengan pemuda tadi tertarik mendengarkannya. Betapa terkejutnya Umar mendengar isi doa pemuda tersebut, "Ya Allah! Jadikanlah aku termasuk golongan orang yang sedikit."

Dalam keheranannya, Umar bertanya, "Wahai anak muda! Mengapa engkau berdo'a untuk dimasukkan dalam golongan orang yang sedikit? Bukankah semua orang menghendaki supaya termasuk golongan yang terbanyak, sebab umumnya golongan terbanyak itu mempunyai kedudukan yang lebih berarti?"

Pemuda tersebut menjawab, "Bukankah tuan pernah membaca firman Allah dalam al-Qur'an, 'Dan sedikit sekali hamba-hamba-Ku yang bersyukur kepada-Ku' (Saba': 13)?"

Saat ini jumlah ummat Islam dunia telah mencapai satu miliar lebih, atau seperlima dari penduduk dunia. Kita berharap agar jumlah ummat Islam terus membengkak, terutama di negara-negara kaum muslimin saat ini masih minoritas.

Permohonan pemuda di atas untuk menjadi golongan sedikit tidak ada kaitannya dengan usaha penyebaran ajaran Islam. Dakwah harus tetap jalan. Penambahan jumlah penganut Islam harus diupayakan terus. Akan tetapi peningkatan kualitas ummat tidak boleh diabaikan. Peningkatan kuantitas harus diimbangi oleh peningkatan kualitas.

Adalah suatu kenyataan bila orang-orang yang berkualitas itu jumlahnya selalu sedikit. Ada semacam piramida, di mana lapisan bawah selalu lebih besar dan lebih banyak, sedangkan yang berada di atas selalu mengerucut. Jumlahnya sedikit.

Gambaran itu terjadi di lapangan politik, ekonomi, juga agama. Sebagian besar penganut agama adalah golongan awam. Hanya sedikit yang benar-benar menjalankannya dengan penuh kesadaran. Dalam konteks inilah pemuda di atas berdo'a, memohon kepada Allah agar dimasukkan ke dalam kelompok yang sedikit.

Dalam kitab Durratun Nasihin, Utsman al-Khaibawi penulisnya mengutip dialog Rasulullah dengan para sahabatnya. Rasulullah bersabda, "Akan datang kepada manusia suatu masa yang di saat itu sunnahku menjadi rusak sebagaimana rusaknya pakaian pada badan dan timbullah bid'ah. Pada waktu itu, barangsiapa yang mengikuti sunnahku akan dianggap aneh dan menjadi sindiran. Dan barangsiapa yang mengikuti bid'ahnya manusia (kebanyakan) dia akan mendapatkan lima puluh kawan atau lebih."

Mereka (para sahabat Nabi) bertanya, "Apakah mereka melihat engkau, wahai Rasulullah?"
Nabi menjawab, "Tidak.""Apakah wahyu juga turun kepada mereka?" Nabi menjawab, "Tidak.""Bagaimana mereka nanti?" tanya sahabat lagi. Jawab Nabi, "Seperti garam dalam air, ati mereka leleh bagai garam yang larut dalam air."
Sahabat menyambung, "Bagaimana mereka hidup di masa itu?"
Nabi menjawab, "Seperti ulat di dalam cuka."
Sahabat bertanya kembali, "Bagaimana mereka menjaga agamanya?"
Nabi menjawab, "Seperti bara di dalam tangan. Jika diletakkan, bara itu mati. Bila digenggam, akan membakar tangan."

Dalam ajaran Islam, kebenaran itu bukan diukur dari banyaknya pendukung. Biarpun seluruh penduduk bumi menyatakan benar atas perkara yang salah menurut ketentuan Allah, maka perkara itu tetap salah.

Kebenaran tak bisa diubah, sekalipun melalui referendum. Aborsi misalnya, selamanya tetap haram sekalipun semua ahli hukum dan aktivis Hak Asasi membolehkannya. Membunuh manusia, baik yang masih berupa janin maupun yang sudah lahir, dalam keadaan sakit ataupun sehat adalah perbuatan keji dan tidak berperikemanusiaan.

Pergaulan bebas, semisal pacaran, sekalipun dilakukan hampir semua pemuda, tetaplah diharamkan. Suatu yang lazim di masyarakat belum tentu benar. Demikian pula tidak semua orang yang mengikuti sesuatu yang sudah lazim berarti normal. Bahkan terkadang orang asing, yang tidak berbuat dan bersikap sebagaimana orang kebanyakan, justru mereka yang benar.

Terdengar aneh jika ada pemuda di zaman sekarang yang tidak berpacaran. Pemuda demikian bisa jadi tersingkir dari pergaulan umum. Ia dicibirkan, dianggap aneh, malah justru bisa dianggap tidak normal.

Kepada pemuda aneh ini, Rasulullah memberi janji perlindungan di saat tidak ada lagi perlindungan selain dari pertiolongan Allah. Mereka adalah pemuda yang di saat diiming-imingi oleh wanita cantik untuk diajak berbuat mesum, kemudian ia menolak dengan ucapan, "Saya takut kepada Allah."

Ketika Nabi Yusuf diajak berbuat mesum oleh Zulaikha, yang pada waktu itu masih berstatus sebagai istri kaisar, ia menolaknya dengan ucapan yang sama. Kala itu bukan berarti Nabi Yusuf tidak tertarik kepada wanita cantik tersebut. Sebagai lelaki normal ia sangat tertarik, akan tetapi imannya lebih kuat dari tarikan syahwatnya. Ia selamat dari godaan nafsunya.

Satu contoh lagi, korupsi. Di saat sekarang banyak pejabat yang tidak malu mendemonstrasikan hasil jarahannya. Disebut hasil jarahan karena pada hakekatnya mereka telah mengambil hak orang lain dengan cara menyalahgunakan kekuasaannya. Pada hakekatnya mereka adalah pencuri, meskipun dalam kenyataannya mereka dihormati.

Bila dalam suatu masyarakat atau lingkungan sudah berjangkit penyakit korupsi dan kolusi, maka semua orang yang berada dalam lingkaannya mau tidak mau, rela atau terpaksa akan mengikuti pola yang sama. Orang-orang yang tidak mau mengikutinya, tentu akan ditolak oleh lingkungannya. Mereka dianggap orang aneh, bahkan dianggap mengganggu saja.

Dalam siatuasi seperti ini, kebanyakan orang mencari selamatnya saja. Artinya mereka tidak mau berbeda dengan lingkungan yang sudah sakit tersebut. Mereka ikut larut dalam aturan main yang dibikinnya sendiri. Orang yang baik-baik pada mulanya bisa berubah menjadi ikut-ikutan korupsi dan kolusi.

Pada saat semua orang mengatakan 'ya', lalau ada seorang atau sekelompok yang berani berkata "tidak", maka nereka akan dicap sebagai golongan aneh. Mereka adalah golongan sedikit yang akan mendapatkan jaminan dari Allah swt. Mereka adalah orang-orang yang tidak merasa takut pada saat semua orang ketakutan. Mereka tidak susah pada saat semua orang kesusahan. Rasulullah bersabda:

"Di antara hamba-hamba Allah, ada orang-orang yang disenangi para nabi dan syuhada. Ditanya, 'Siapakah mereka, ya Rasulullah, mudah-mudahan kami juga mencintai mereka.' Rasululah bersabda, 'Mereka adalah segolongan manusia yang berkasih-sayang karena Allah, bukan karena harta atau keturunan. Wajah-wajah mereka berupa nur di atas menara-menara cahaya. Mereka tidak takut di kala manusia takut, dan tidak susah di saat manusia susah.'" (HR Ibnu Jurair dari Abu Hurairah)

Golongan sedikit ini akan tetap eksis dalam segala situasi. Mereka tidak terpengaruh oleh perubahan sistem politik. Siapapun yang memerintah negara, apapun sistem yang diberlakukannya, mereka tetap dengan prinsipnya, yaitu cinta dan benci karena Allah. Karenanya mereka tetap tegak membela agama Islam. Amar ma'ruf dan nahi munkar tetap dilakukan kepada pemerintah yang baik maupun yang jahat. Allah telah menghilangkan rasa takut menghadapi siapa saja.

Inilah segolongan orang yang disebut dalam hadits Rasulullah, "Mereka tidak dapat disusahkan oleh orang-orang yang menghinakannya, sehingga datang pertolongan Allah, padahal mereka dalam keadaan demikian." (HR. Muslim) Golongan ini memiliki sikap yang istiqamah, konsisiten dan konsekuen. Jika hari ini mengambil sikap kritis kepada kezhaliman, maka selamanya sikap itu dibawa dan diperjuangkan. Sikap itu tidak saja ditujukan kepada suatu rejim tertentu, tapi kepada semua rejim yang berkuasa. Mereka tidak mengambil keuntungan dari perjuangannya. Mereka tulus mengabdikan perjuangannya semata-mata untuk mencari ridha dari Allah swt. Jabatan bukan lagi menjadi incaran, harta benda bukan menjadi tujuan. Mereka cukupkan diri dengan pemberian Tuhan.

Sekali lagi, jumlah mereka ini sangat terbatas. Akan tetapi karena sikapnya yang kritis dan istiqamah dalam menyuarakan kebenaran, maka keberadaannya sangat diperhitungkan. Mereka bukanlah buih yang mudah diombang-ambingkan situasi. Bahkan merekalah yang menciptakan situasi. Mereka adalah subyek, penentu keadaan. Semoga kita termasuk di antaranya.

"Jika ada seribu orang yang menegakkan kebenaran, satu di antaranya adalah aku;
Jika ada seratus orang yang menagkkan kebenaran, satu di antranya adalah aku;
Jika ada sepuluh orang yang menegakkan kebenaran, satu diantaranya adalah aku;
Jika ada satu orang yag menegakkan kebenaran, maka itulah aku."

 

Agenda Islam Liberal

Oleh Abu Hamzah Agus Hasan Bashari

Pendahuluan

Islam adalah dien al-haq yang diwahyukan oleh Allah ta'ala kepada Rasul-Nya yang terakhir Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam:

"Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi." (QS. 48: 28)

Sebagai rahmat bagi semesta alam

"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS 21:107)

Dan sebagai satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah ta'ala:

"Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam." (QS 3:19)

Islam adalah agama yang utuh yang mempunyai akar, dimensi, sumber dan pokok-pokok ajarannya sendiri. Siapa yang konsisten dengannya maka ja termasuk Al-Jama’ah atau Firqah Najiyah (kelompok yang selamat) dan yang keluar atau menyimpang darinya maka ja termasuk firqaih-firqah yang halikah (kelompok yang binasa).

Diantara firqah halikah adalah firqah Liberaliyah. Liberaliyah adalah sebuah paham yang berkembang di Barat dan memiliki asumsi, teori dan pandangan hidup yang berbeda. Dalam tesisnya yang berjudul “Pemikiran Politik Barat” Ahmad Suhelani, MA menjelaskan prinsip-prinsip pemikiran ini. Pertama, prinsip kebebasan individual. Kedua, prinsip kontrak sosial. Ketiga, prinsip masyarakat pasar bebas. Keempat, meyakini eksistansi Pluralitas Sosio - Kultural dan Politik Masyarakat. (Gado-Gado Islam Liberal; Sabili no 15 Thn IX/81).

Islam dan Liberal adalah dua istilah yang antagonis, saling berhadap-hadapan tidak mungkin bisa bcrtemu. Namun demikian ada sekelompok orang di Indonesia yang rela menamakan dirinya dengan Jaringan Islam Liberal (JIL). Suatu penamaan yang “pas” dengan orang-orangnya atau pikiran-pikiran dan agendanya. Islam adalah pengakuan bahwa apa yang mereka suarakan adalah haqq tetapi pada hakikatnya suara mereka itu adalab bathil karena liberal tidak sesuai dengan Islam yang diwahyukan dan yang disampaikan oleh Rasul Muhammad shallallahu 'alaihi wasllam, akan tetapi yang mereka suarakan adalah bid’ah yang ditawarkan oleh orang-orang yang ingkar kepada Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Maka dalam makalah ini akan kita uraikan sanad (asal usul) firqah liberal (kelompok Islam Liberal atau Kelompok kajian utan kayu), visi, misi agenda dan bahaya mereka.

Sanad (asal-usul) Firqah Liberal

Islam liberal menurut Charless Kurzman muncul sekitar abad ke-18 dikala kerajaan Turki Utsmani Dinasti Shafawi dan Dinasti Mughal tengah berada digerbang keruntuhan. Pada saat itu tampillah para ulama untuk mengadakan gerakan permurnian, kembali kepada al-Qur’an dan sunnah. Pada saat ini muncullah cikal bakal paham liberal awal melalui Syah Waliyullah (India, 1703-1762), menurutnya Islam harus mengikuti adat lokal suatu tempat sesuai dengan kebutuhan pcnduduknya. Hal ini juga terjadi dikalangan Syi’ah. Aqa Muhammad Bihbihani (Iran, 1790) mulai berani mendobrak pintu ijtihad dan membukanya lebar-lebar.

Ide ini terus bergulir. Rifa’ah Rafi’ al-Tahtawi (Mesir, 1801-1873) memasukkan unsur-unsur Eropa dalam pendidikan Islam. Shihabuddin Marjani (Rusia, 1818-1889) dan Ahmad Makhdun (Bukhara, 1827-1897) memasukkan mata pelajaran sekuler kedalam kurikulum pendidikan Islam. (Charless Kurzman: xx-xxiii)

Di India muncul Sir Sayyid Ahmad Khan (1817-18%) yang membujuk kaum muslimin agar mengambil kebijakan bekerja sama dengan penjajah Inggris. Pada tahun 1877 ja membuka suatu kolese yang kemudian menjadi Universitas Aligarh (1920). Sementara Amir Ali (1879-1928) melalui buku The Spirit of Islam berusaha mewujudkan seluruh nilai liberal yang dipuja di Inggris pada masa Ratu Victoria. Amir Ali memandang bahwa Nabi Muhammad n adalah Pelopor Agung Rasionalisme. (William Montgomery Waft: 132).

Di Mesir muncullah M. Abduh (1849-1905) yang banyak mengadopsi pemikiran mu’tazilah berusaha menafsirkan Islam dengan cara yang bebas dari pengaruh salaf. Lalu muncul Qasim Amin (1865-1908) kaki tangan Eropa dan pelopor emansipasi wanita, penulis buku Tahrir al-Mar’ah. Lalu muncul Ali Abd. Raziq (1888-1966). Lalu yang mendobrak sistem khilafah, menurutnya Islam tidak memiliki dimensi politik karena Muhammad hanyalah pemimpin agama. Lalu diteruskan oleh Muhammad Khalafullah (1926-1997) yang mengatatan bahwa yang dikehendaki oleh al-Qur’an hanyalah system demokrasi tidak yang lain.(Charless: xxi,l8).

Di Al-Jazair muncul Muhammad Arkoun (lahir 1928) yang menetap di Perancis, ia menggagas tafsir al-quran model baru yang didasarkan pada berbagai disiplin Barat seperti dalam lapangan semiotika (ilmu tentang fenomena tanda), antropologi, filsafat dan linguistik. Intinya Ia ingin menelaah Islam berdasarkan ilmu

-ilmu pengetahuan Barat modern. Dan ingin mempersatukan keanekaragaman pemikiran Islam dengan keanekaragaman pemikiran diluar Islam. (Mu’adz, Muhammad Arkoun Anggitan tentang cara-cara tafsir al-Qur’an, Jurnal Salam vol.3 No. 1/2000 hal 100-111; Abd. Rahman al-Zunaidi: 180; Willian M Watt: 143).

Di Pakistan muncul Fazlur Rahman (lahir 1919) yang menetap di Amerika dan menjadi guru besar di Universitas Chicago. Ia menggagas tafsir konstekstual, satu-satunya model tafsir yang adil dan terbaik menurutnya. Ia mengatakan al-Qur’an itu mengandung dua aspek: legal spesifik dan ideal moral, yang dituju oleh al-Qur’an adalah ideal moralnya karena itu ia yang lebih pantas untuk diterapkan. (Fazhul Rahman: 21; William M. Watt: 142-143).

Di Indonesia muncul Nurcholis Madjid (murid dari Fazlur Rahman di Chicago) yang memelopori gerakan firqah liberal bersama dengan Djohan Efendi, Ahmad Wahid dan Abdurrahman Wachid. (Adiyan Husaini dalam makalah Islam Liberal dan misinya menukil dari Greg Barton, Sabili no. 15: 88). Nurcholis Madjid telah memulai gagasan pembaruannya sejak tahun l970-an. Pada saat itu ia telah rnenyuarakan pluralisme agama dengan menyatakan: “Rasanya toleransi agama hanya akan tumbuh diatas dasar paham kenisbian (relativisme) bentuk-bentuk formal agama ini dan pengakuan bersama akan kemutlakan suatu nilai yang universal, yang mengarah kepada setiap manusia, yang kiranya merupakan inti setiap agama” (Nurcholis Madjid: 239)

Lalu sekarang muncullah apa yang disebut JIL (Jaringan Islam Liberal) yang menghasung ide-ide Nurcholis Madjid dan para pemikir-pemikir lain yang cocok dengan pikirannya.

Demikian sanad Islam Liberal menurut Hamilton Gibb, William Montgomery Watt, Chanless Kurzman dan lain-lain. Akan tetapi kalau kita urut maka pokok pikiran mereka sebenarnya lebih tua dari itu. Paham mereka yang rasionalis dalam beragama kembali pada guru besar kesesatan yaitu Iblis Ia’natullah ‘alaih. (Ali Ibn Abi aI-’Izz: 395) karena itu JIL bisa diplesetkan dengan “Jalan Iblis Laknat”. Sedang paham sekuleris dalam bermasyarakat dan bernegara berakhir sanadnya pada masyarakat Eropa yang mendobrak tokoh-tokoh gereja yang melahirkan moto Render Unto The Caesar what The Caesar’s and to the God what the God’s (Serahkan apa yang menjadi hak Kaisar kepada kaisar dan apa yang menjadi hak Tuhan kepada Tuhan). (Muhammad Imarah: 45) Karena itu ada yang mengatakan: “Cak Nur Cuma meminjam pendekatan Kristen yang membidani lahirnya peradaban barat”

Sedangkan paham pluralisme yang mereka agungkan bersambung sanadnya kepada lbn Arabi (468-543 H) yang merekomendasikan keimanan Fir’aun dan mengunggulkannya atas nabi Musa 'alaihis salam (Muhammad Fahd Syaqfah: 229-230)

Misi Firqah Liberal

Misi Firqah Liberal adalah untuk menghadang (tepatnya: rnenghancurkan) gerakan islam fundamentalis (www.islamlib.com). mereka menulis: “sudah tentu, jika tidak ada upaya-upaya untuk mencegah dominannya pandangan keagamaan yang militan itu, boleh jadi, dalam waktu yang panjang, pandangan-pandangan kelompok keagamaan yang militan ini bisa menjadi dominan. Hal ini jika benar terjadi, akan mempunyai akibat buruk buat usaha memantapkan demokratisasi di Indonesia. Sebab pandangan keagamaan yang militan biasanya menimbulkan ketegangan antar kelompok- kelompok agama yang ada. Sebut saja antara Islam dan Kristen. Pandangan-pandangan kegamaan yang terbuka (inklusif) plural, dan humanis adalah salah satu nilai-nilai pokok yang mendasari suatu kehidupan yang demokratis.”

Yang dimaksud dengan Islam Fundamentalis yang menjadi lawan firqah liberal adalah orang yang memiliki lima ciri-ciri; yaitu (1) mereka yang digerakkan oleh kebencian yang mendalam terhadap Barat, (2) mereka yang bertekad mengembalikan peradaban Islam masa lalu dengan membangkitkan kembali masa lalu itu (3) mereka yang bertujuan menerapkan syariat Islam (4) mereka yang mempropagandakan bahwa islam adalah agama dan negara, (5) mereka menjadikan masa lalu itu sebagai penuntun (petunjuk) untuk masa depan.

Demikian yang dilontarkan mantan Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon (Muhammad Imarah : 75)

Agenda dan Gagasan Firqah Liberal

Dalam tulisan berjudul “Empat Agenda islam Yang Membebaskan; Luthfi Asy Syaukani, salah seorang penggagas JIL yang juga dosen di Universitas Paramadina Mulya memperkenalkan empat agenda Islam Liberal.

Pertama, agenda politik. Menurutnya urusan negara adalah murni urusan dunia, sistem kerajaan dan parlementer (demokrasi) sama saja.

Kedua, mengangkat kehidupan antara agama. Menurutnya perlu pencarian teologi pluralisme mengingat semakin majemuknya kehidupan bermasyarakat di negeri-negeri Islam.

Ketiga, emansipasi wanita dan

Keempat kebebasan berpendapat (secara mutlak).

Sementara dari sumber lain kita dapatkan empat agenda mereka adalah (1) pentingnya konstekstualisasi ijtihad (2) komitmen terhadap rasionalitas dan pembaruan (3) penerimaan terhadap pluralisme sosial dan pluralisme agama-agama (4) permisahan agama dari partai politik dan adanya posisi non-sektarian negara (lihat Greg Bertan, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, Pustaka Antara Paramadina 1999: XXI)

Bahaya Firqah Liberal

1) Mereka tidak menyuarakan Islam yang diridhai oleh Allah k , tetapi menyuarakan pemikiran-pemikiran yang diridhai oleh Iblis, Barat dan pan Thaghut lainnya.

2) Mereka lebih menyukai atribut-atribut fasik dari pada gelar-gelar keimanan karena itu mereka benci kepada kata-kata jihad, sunnah, salaf dan lain-lainnya dan mereka rela menyebut Islamnya dengan Islam Liberal. Allah k berfirman:

"Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman". (QS. Al-Hujurat 11)

3) Mereka beriman kepada sebagian kandungan al-Qur’an dan meragukan kemudian menolak sebagian yang lain, supaya penolakan mereka terkesan sopan dan ilmiyah mereka menciptakan “jalan baru” dalam menafsiri al-Qur’an. Mereka menyebutnya dengan Tafsir Kontekstual, Tafsir Hermeneutik, Tafsir Kritis dan Tafsir Liberal

Sebagai contoh, Musthofa Mahmud dalam kitabnya al-Tafsir al-Ashri 1i al

Qur’an menafsiri ayat ( -Faq tho 'u aidiyahumaa- ) dengan “maka putuslah usaha mencuri mereka dengan memberi santunan dan mencukupi kebutuhannya.” (Syeikh Mansyhur Hasan Salman, di Surabaya, Senin 4 Muharram 1423).

Dan tafsir seperti ini juga diikuti juga di Indonesia. Maka pantaslah mengapa rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Yang paling saya khawatirkan atas adaalah orang munafik yang pandai bicara. Dia membantah dengan Al-Qur’an."

Orang-orang yang seperti inilah yang merusak agama ini. Bagi mereka pemahaman yang hanya mengandalkan pada ketentuan teks-teks normatif agama serta pada bentuk-bentuk Formalisme Sejarah Islam paling awal adalah kurang memadai dan agama ini akan menjadi agama yang ahistoris dan eksklusif (Syamsul Arifin; Menakar Otentitas Islam LiberaL .Jawa Pos 1-2-2002). Mereka lupa bahwa sikap seperti inilah yang diancam oleh Allah:

"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya. dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali." (QS. An-Nisaa’ 115).

4) Mereka tidak memiliki ulama dan tidak percaya kepada ilmu ulama. Mereka lebih percaya kepada nafsunya sendiri, sebab mereka mengaku sebagai “pembaharu” bahkan “super pembaharu” yaitu neo modernis. Allah berfirman:

Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi," mereka menjawab, "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. Apabila dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman," mereka menjawab, "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang bodoh itu telah beriman." Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. (QS. Al-Baqarah 11-13).

5) Kesamaan cita-cita mereka dengan cita-cita Amerika, yaitu menjadikan Turki sebagai model bagi seluruh negara Islam. Prof. Dr. John L. Esposito menegaskan bahwa Amerika tidak akan rela sebelum seluruh negara-negara Islam tampil seperti Turki.

6) Mereka memecah belah umat Islam karena gagasan mereka adalah bid’ah dan setiap bid’ah pasti memecah belah.

7) Mereka memiliki basis pendidikan yang banyak melahirkan pemikir-pemikir liberal, memiliki media yang cukup dan jaringan internasional dan dana yang cukup.

8) Mereka tidak memiliki manhaj yang jelas sehingga gagasannya terkesan “asbun” dan asal “comot” Lihat saja buku Charless Kurzman, Rasyid Ridha yang salafi (revivalis) itupun dimasukkan kedalam kelompok liberal, begitu pula Muhammad Nashir (tokoh Masyumi) dan Yusuf Qardhawi (tokoh Ihwan al-Muslimin). Bahayanya adalah mereka tidak bisa diam, padahal diam mereka adalab emas, memang begitu berat jihad menahan lisan. Tidak akan mampu melakukannya kecuali seorang yang mukmin.

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia mengucapkan yang baik atau hendaklah ia diam." (HR. Bukhari dan Muslim)

(Lihat Husain al-Uwaisyah: 9 dan seterusnya).

Ahlul batil selalu menghimpun kekuatan untuk memusuhi ahlul haq. Allah ta'ala berfirman:

"Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kalian (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar." (QS. Al-Anfaal 73).

Sementara itu Ustadz Hartono Ahmad Jaiz menyebut mereka berbahaya sebab mereka itu “sederhana” tidak memiliki landasan keilmuwan yang kuat dan tidak memiliki aqidah yang mapan. (lihat Bahaya Islam Liberal: 40, 64-65)

Maraji’: As Sunnah 04/VI/1423/2002

23 November 2007

Peringatan Allah melalui Bencana

“Dan apa yang menimpa kamu dari musibah, maka disebabkan usaha tanganmu, dan Dia memaafkan banyak (kesalahan-kesalahan kamu). Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari musibah itu) di bumi, dan bagi kamu tidak ada pelindung dan penolong selain Allah.” (QS: Asy-Syuura 31)

Mukaddimah

Ali ra mengatakan, maukah kalian aku beritahukan tentang satu ayat terbaik yang ada dalam kitab Allah Azza wa Jalla? Beliau kemudian menyampaikan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda kepadaku, “Akan aku jelaskan kepadamu wahai Ali, sesungguhnya makna firman Allah “Dan apa saja musibah dst” ialah bahwa musibah yang menimpamu, baik berupa sakit atau hukuman atau bencana yang terjadi di dunia ini, tidak lain adalah disebabkan oleh ulah perbuatanmu sendiri!

Hasan al-Bashri mengatakan, “Ketika turun ayat ini, Rasulullah saw bersabda: `Demi dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya bagian tubuh yang tergores oleh dahan, kaki yang terpeleset, dan keluarnya keringat dingin, semua itu adalah disebabkan oleh adanya dosa. Dan apa yang diampuni Allah jauh lebih banyak lagi.

Bencana di mana-mana

Sejak dahulu kala manusia sudah mengenal bencana alam, baik berupa banjir, tanah longsor, angin puyuh, gunung meletus, dan berbagai bencana alam lainnya. Al Qur'an sendiri telah mencatat beberapa bencana alam yang berskala besar yang pernah terjadi di permukaan bumi. Salah satu bencana yang monumental adalah banjir yang ditimpakan kepada kaumnya Nabi Nuh, sehingga tidak menyisakan satupun di antara mereka kecuali yang menumpang di kapalnya Nabi Nuh saja.

Al Qur'an juga mencatat bencana yang ditimpakan kepada bangsa-bangsa besar yang pernah berjaya di muka bumi, seperti bangsa Aad, Iram, Tsamud, dan Fir'aun. Mereka pada mulanya adalah bangsa-bangsa besar yang memiliki budaya dan tehnologi yang tinggi. Akan tetapi karena kecongkakannya, mereka dihancur leburkan oleh Allah swt sehingga tidak ada lagi peninggalan mereka kecuali puing-puingnya semata.

Kini, ketika perkembangan ilmu dan tehnologi telah menpacai puncaknya, bencana alam masih saja belum bisa diatasi manusia. Bahkan yang terjadi justru sebaliknya. Bencana alam datang silih berganti dengan skala yang lebih besar lagi. Manusia dengan ilmu dan tehnologinya tak akan mampu berbuat apa-apa jika Allah sudah menghendakinya.

Pesawat terbang yang dioperasikan dengan tehnologi canggih, yang sistem pengendaliannya serba komputer, ternyata masih juga sering jatuh. Ada yang menabrak gunung, bergeser dari landasan pacu, meledak di udara, kebakaran, dan macam-macam lagi penyebabnya. Demikian pula musibah yang terjadi atas kapal laut, kereta api, dan alat transportasi lainnya. Adapun kecelakaan atas kendaraan bermotor yang lalu lalang di jalanan sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Setiap hari jalan raya selalu meminta korban. Sesekali korbannya mencapai puluhan hingga ratusan orang.

Sebagai khalifah, sewajarnya jika manusia berusaha untuk mengatasi bencana dan musibah, setidak-tidaknya meminimalkan jatuhnya korban. Berbagai alat terhnologi diciptakan, berbagai riset dan penelitian dilakukan, akan tetapi dalam kenyataannya bencana dan musibah itu selalu lebih canggih di atas segala tehnologi manusia. Dari hari ke hari bencana dan musibah itu semakin dahsyat dan menelan banyak korban.

Walaupun benar bencana dan musibah itu semua datangnya dari allah semata, namun manusia pun turut punya andil dalam mendatangkannya, seperti dikatakan dalam ayat di atas “Dan apa yang menimpamu dari musibah, maka disebabkan usaha tanganmu”. Banjir dan tanah longsor terjadi karena penggundulan hutan oleh tangan manusia. Begitu pula dengan kebakaran hutan, bahkan kecelakaan mobil dan pesawat pun tak lepas dari peran tangan manusia. Dari waktu ke waktu, usaha tangan-tangan manusia ini akan semakin hebat merusak bumi, sehingga bencana yang ditimbulkannya pun semakin besar pula.

Diterangkan dalam hadis yang diriwayatkan Aisyah ra, “Pada akhir (zaman) ummat ini akan terjadi bencana ditenggelamkan ke tanah, diubah rupanya dan berbagai fitnah.” Aisyah bertanya, “Ya Rasulullah, apakah kami akan turut binasa sedang di antara kami masih terdapat orang-orang yang shaleh ?” Rasul pun menjawab, “Ya, kalau kejahatan muncul dimana-mana. (HR Imam At Tirmidzi)

Mengerikan benar kenyataan ini, yang disebabkan oleh besarnya sebab-sebab terjadinya musibah itu. Dalam hadis lain juga disebutkan, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaklah kamu menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, atau Allah nyaris akan menurunkan azab-Nya kepadamu, kemudian kamu berdo'a kepada-Nya namun Dia tidak berkenan memenuhi (do'a)mu.”

Ternyata kehadiran orang shaleh semata belumlah dirasa cukup jika tidak dilengkapi dengan perbuatan kepedulian kepada orang lain, lingkungan dan masyarakatnya. Maka, perbuataan amar ma'ruf nahi munkar pun selanjutnya dijadikan standar penilaian. Dimana jika perbuatan ini sudah dihilangkan, maka akan memudahkan turunnya azab Allah kepada suatu bangsa.

Jarir bin Abdullah pun pernah menceritakan hadis Nabi saw seperti berikut, “Apabila di tengah-tengah suatu kaum terdapat seorang laki-laki yang suka melakukan perbuatan maksiat dan mereka sebenarnya sanggup untuk menghentikan perbuatan laki-laki tersebut namun mereka enggan menghentikannya, maka Allah akan menimpakan siksa kepada mereka sebelum mereka mati.” (HR Imam Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Sementara Jabir pun menceritakan sabda serupa dari Rasulullah saw, “Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung memberikan wahyu kepada Jibril untuk membalikkan kota Madinah begini dan begini. Jibril berkata, `Ya Tuhanku, sesungguhnya di tengah-tengah mereka (penduduk Madinah) masih terdapat hamba-Mu si fulan yang tak pernah berbuat maksiat kepada-Mu barang sejenak pun.' Allah berfirman, `Balikkanlah kota Madinah atas laki-laki tersebut dan juga atas mereka. Sesungguhnya wajah laki-laki tersebut tidak memperlihatkan rona kemarahan sama sekali untuk kepentingan-Ku.'” (HR Ath Thabrani)

Hadis-hadis lai yang memiliki arti serupa ternyata tidak sedikit. Kesemuanya memaksa kita untuk kembali menengok kepada nasib bangsa kita, yang tengah dilanda musibah demi musibah. Barangkali karena telah sirnanya amar ma'ruf dari bumi tercinta?

Mari kita tengok kembali ribuan wanita yang lalu lalang di jalanan, berapakah dari mereka itu yang menutup aurat? Barangkali hanya satu atau dua persen saja. Dari yang membuka aurat itu, berapakah yang masih memiliki malu dengan memelihara adat kesopanan dunia Timur? Justru mereka yang tampil di tengah khalayak ramai, yang menjadi publik figur, yang dijadikan idola di berbagai media, adalah mereka yang semakin berani meninggalkan rasa malunya dalam berbusana!

Patut juga kita membuka mata lebar-lebar di depan layar kaca televisi di kamar kita, berapa banyak acara yang masih terbingkai aturan syariah Islam? Mulai dari kisah film yang dibalut asmara, pergaulan bebas laki perempuan, busana-busana mini dan seksi, hingga suara nyanyian merayu-rayu sang biduanita yang bergoyang penuh birahi.

Terhadap kedua fenomena ini, sudahkah kita berbuat sesuatu? Sudahkah kita memberi peringatan kepada mereka yang terus menerus membuka aurat dan mengumbar nafsu birahinya itu? Sudahkah pula kita berbuat sesuatu memperingatkan, mencegah atau mengingatkan para produsen dan konsumen media cetak serta elektronik agar tidak mengetengahkan hiburan yang menyimpang dari syariah Islam?

Bagaimana pula dengan minuman keras, yang seperti sudah lazim tersedia di hampir setiap warung dan rumah makan? Sudahkah kita memperingatkan mereka? Padahal bahaya khamar ini begitu besarnya, sehingga mendapatkan perhatian serius dalam syariah Islam. Dalam hal ini Rasulullah bersabda, “Takutlah kamu kepada khamar, karena sesungguhnya ia adalah kunci segala kejahatan.” (HR Al Hakim)

Bersumber dari Abul Abbas, dari Muhammad bin Abdullah, dari Ibnu Wahab, dan dari Malik bin Azzabadi; Bahwa Malik bin Sa'ad At-Tayyibi pernah bercerita kepadanya bahwa dia mendengar Abdullah bin Abbas mengatakan; “Sesungguhnya Rasulullah saw pernah didatangi oleh Jibril as lalu berkata: `Wahai Muhammad, Sesungguhnya Allah itu mengutuk khamar, orang yang memerasnya, orang yang menyuruh untuk memerasnya, orang yang mmebawanya, orang yang minta dibawakan kepadanya, orang yang meminumnya, orang yang menjualnya, orang yang membelinya, orang yang memberinya untuk diminum dan orang yang diberinya lalu diminumnya.”

Cobalah perhatikan betapa banyak orang yang ditimpa laknat oleh Allah swt dan Rasul-Nya berdasarkan minuman yang diharamkan oleh syari'at ini. Kita dapat membayangkan bagaimana nasib orang-orang yang mendapat laknat dari Allah yang sebenarnya Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya dan laknat dari Rasul yang sebenarnya sangat sayang kepada ummatnya. Betapapun laknat tidak akan menjauh dari orang-orang shaleh yg membiarkan saja kemungkaran yang satu ini sementara mereka sebenarnya sanggup merubahnya.

Dalam kehidupan ekonomi, praktek riba masih digunakan di mana-mana. Hampir-hampir kita tak mampu mengelak dari riba ini, karena prakteknya telah meluas ke segala jenis praktek dagang, hingga barang-barang kecil sekalipun. Dari mulai urusan bank tempat menyimpan uang jutaan dollar, hingga urusan kredit panci ibu-ibu rumah tangga, semua sudah terjerat riba. Mengenai hal ini diterangkan dalam sebuah hadis, “Rasulullah saw melaknati orang yang memakan riba, orang yang mewakilkannya, orang yang menuliskannya dan orang-orang yang menjadi saksinya.” Beliau bersabda “Mereka semua adalah sama.” (HR Muslim)

Lebih jauh, dalam al-Qur'an bahkan Allah telah mengijinkan kita untuk memerangi mereka. “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan RasulNya akan memerangimu.” (Qs Al Baqarah 279)

Bagaimana pula dengan masa lalu negara dan bangsa kita, dimana praktek korupsi dilakukan oleh sebagian besar pejabat dengan terang-terangan dan tanpa malu-malu? Kala itu, segala sesuatu yang berhubungan dengan korupsi menjadi hal yang biasa, orang merasa tak ada yang salah dengannya. Dan siapa mau peduli dengan keadaan ini? Semua orang diam, tak ada yang berani mengatakan mana yang benar dan mana yang salah. Semua orang pasrah, dan tak ada lagi amar ma'ruf nahi munkar.

Maka jika kemudian datang azab Allah berupa krisis ekonomi, yang terus merebak menjadi krisis moral, juga krisis politik yang menghancurkan bangsa kita, siapa yang mau disalahkan? Sungguh tak ada yang salah kecuali diri-diri kita sendiri, bukan?


Islam Satu, Ummatnya Warna-warni

ISLAM SATU, UMAT WARNA-WARNI
Oleh Fauzan Al-Anshari
(Ketua Departemen Data dan Informasi Majelis Mujahidin)

Beberapa hari yang lalu saya mendapat SMS dari Bilal, aktivis penegak syariah dari Solo, bahwa SCTV menayangkan iklan layanan masyarakat yang berbunyi: Islam Warna-warni, Tidak Hanya Satu Macam, Yang Penting Bersatu. Saya belum sempat melihatnya langsung di stasiun teve tersebut. Baru pada hari Ahad (4/8) saya melihat tayangan tersebut di RCTI yang didahului dengan adegan sunatan massal plus nyanyian “Perdamaian” di panggung rakyat. Di akhir tulisan tersebut dinyatakan bahwa iklan layanan masyarakat ini persembahan dari Komunitas Islam Utan Kayu (KIUK).
Kalau membaca sepintas lalu materi iklan tersebut akan melahirkan pemahaman yang keliru tentang Islam. Islam akan dianggap sebagai ajaran yang berwarna-warni, tidak hanya satu macam, yang penting bersatu. Pesan utama materi tersebut adalah pluralisme agama, yaitu pemahaman bahwa semua agama itu baik dan benar. Oleh karena itu, umat Islam tidak perlu membanggakan diri sebagai satu-satunya agama yang benar. Karena, di dalam ajaran Islam sendiri ternyata tidak satu, melainkan warna-warni. Kesan pertama dan utama dari iklan tersebut akan segera memperoleh pembenaran, apalagi kalau melihat siapa sponsor iklan tersebut.
Semua aktivis penegak syariah sudah mengetahui, bahwa yang disebut Komunitas Islam Utan Kayu itu adalah sekelompok aktivis penentang syariat Islam yang tergabung dalam Jaringan Islam Liberal (JIL). Kantornya beralamat di Jl. Utan Kayu No. 68 H Jakarta Timur. Tokoh utamanya diperankan oleh seorang aktivis muda NU bernama Ulil Abshar Abdalla, yang oleh banyak media disebut-sebut sebagai intelektual muda. Ada dua ide pokok yang telah dikembangkan dan berusaha diopinikan oleh JIL ke publik, yaitu pluralisme, bahwa semua agama itu benar dan liberalisasi ajaran agama Islam. Untuk mensosialisasikan ide tersebut, JIL telah didukung oleh Goenawan Mohammad dengan mendirikan jaringan radio 68H, selain jaringan media massa, internet, dan teve. Juga dukungan dana yang tak terbatas dari Asia Foundation. Salah satu upaya sosialisasi ide-ide JIL adalah materi iklan yang ditayangkan di kedua stasiun teve itu yang jelas memakan biaya tidak sedikit.
Kedua ide JIL tersebut, pluralisme dan liberalisasi syariat Islam telah banyak dibantah oleh para aktivis Islam, baik cendekiawan muslim tempo doeloe maupun oleh aktivis Islam domestik. Dalam banyak forum, kelompok JIL sering tidak mampu menjawab bantahan-bantahan lawannya. Bahkan di beberapa forum yang di dalamnya JIL ditantang untuk debat terbuka, ada saja alasan JIL untuk tidak bisa hadir. Ada dua buku yang bisa dibaca untuk meng-counter pemikiran-pemikiran nyeleneh KIUK, yaitu Bahaya Islam Liberal karya Hartono Ahmad Jaiz dan Islam Liberal: Konsepsi, Sejarah, Penyimpangan, dan Jawabannya karya Adian Husaini dan Nuim Hidayat.
Di sini saya tidak akan membahas pluralisme dan liberalisasi syariat Islam, melainkan ingin memfokuskan pembahasan soal Islam warna-warni tadi. Benarkah Islam itu warna-warni seperti apa yang dibayangkan dan dipikirkan oleh KIUK? Untuk menjawab pertanyaan itu kita mesti merujuk kepada sumber ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan Assunnah. Jangan sampai serangan terminologis yang kini dikembangkan oleh kelompok JIL itu berhasil merusak akidah umat Islam yang kebetulan masih banyak awam terhadap ajaran Islam itu sendiri. Karena tidak semua orang Islam memiliki pemahaman yang benar tentang Islam. Abdul Qadir Audah, pakar syariat Islam mengarang sebuah buku menarik berjudul “Islam Di Antara Kebodohan Umatnya dan Kelemahan Ulamanya” (Al-Islam baina Jahlu Abnaihi wa Ajzi Ulamaihi).
Di dalam kitab suci Al-Qur’an disebutkan, “Sesungguhnya agama tauhid (Islam) ini adalah agama kamu semua (manusia); agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (QS.21:92; 23:52-54). Tetapi dalam perkembangan sejarah ada kelompok-kelompok manusia yang memotong-motong urusan agama ini, sehingga pecahlah umat Islam ke dalam banyak golongan. Kemudian masing-masing golongan itu membanggakan apa yang ada pada mereka serta menolak ajakan kembali ke kitab suci dan sunnah Nabi-Nya. Pecahnya umat Islam tersebut bukan disebabkan oleh Al-Qur’an atau Assunnah, melainkan oleh pemahaman mereka terhadap sumber ajaran Islam yang didasarkan menurut hawa nafsu mereka sesuai petunjuk setan. Inilah pokok masalah yang mungkin merisaukan KIUK, mengapa umat Islam terpecah?
Sebenarnya pecahnya umat Islam dalam hal tempat atau organisasi tidaklah mengapa. Namun bila perpecahan itu dalam hal pemahaman tauhid, maka akan berakibat fatal, yaitu besar kemungkinan tersesat dari jalan petunjuk. Salah satu contohnya adalah karena mereka berselisih pandangan tentang kewajiban menerapkan syariat Islam ke seluruh aspek kehidupan. Maklumlah manusia, walaupun agamanya Islam, tetapi kalau akidahnya sedang loyo, maka akan sulit menjauhi kemaksiatan. Para ulama sepakat, bahwa akidah seseorang itu kadang menguat kadang melemah. Maka untuk mempertahankan akidah agar tetap kuat, setiap muslim hendaknya menguasai ilmu (dalil) agar tidak mudah terkecoh oleh retorika setan.
Allah swt menurunkan Al-Qur’an untuk diikuti umat Islam, bukan untuk diperdebatkan. Yang perlu diperdebatkan adalah pendapat atau teori-teori ciptaan manusia. Sedangkan firman Allah swt dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw tinggal diimani oleh hati kita, dipikirkan dengan akal sehat kita, dan dijalankan dengan seluruh organ tubuh kita. Jika firman Allah swt dan sabda Nabi saw saja didebat, bagaimana kita akan menerima debatannya yang hanya berdasarkan otak, yang juga ciptaan-Nya? (QS.7:2-4; 59:7). Maka Nabi saw bersabda: “Bacalah Al-Qur’an dan amalkanlah, dan janganlah kamu mencari makan dengannya (menjual ayat)”. (HR. Ahmad). Sabdanya lagi: “Wajib atasmu mengikuti sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin almahdiyyin (Khalifah Empat yang mendapat petunjuk), gigitlah erat-erat dengannya!” (HR. Ahmad).
Jadi, tidak benar kalau dikatakan Islam itu warna-warni. Yang benar adalah umat Islam memang bermacam-macam; ada yang kaffah (utuh menjalankan syariat), ada yang fasiq (sering melanggar), ada yang kufur amali (menolak menjalankan), musyrik (menyekutukan Allah), dan kebanyakan adalah munafiq (lisannya menerima, tapi hatinya menolak). Sebaran orang Islam yang berwarna-warni tersebut ada di seluruh negeri, termasuk di Indonesia yang mayoritas mutlak beragama Islam dan menjadi umat Islam terbesar di dunia. Oleh karena itu, jika umat Islam Indonesia menolak penerapan syariat Islam, maka kita dapat mengetahui, seperti apakah kualitas umat Islam di sini. Apa hukumnya kalau ada umat Islam menolak menjalankan syariat Islam, seperti salat, puasa, zakat, hukum potong tangan bagi pencuri, rajam bagi pezina, bunuh bagi penentang Allah dan Rasul-Nya, dan sebagainya?
Oleh sebab itu, kita perlu meluruskan pandangan yang keliru dari materi iklan yang terlanjur ditayangkan JIL dan kelompoknya, karena dapat menyesatkan akidah umat Islam. Andai JIL gentlemen seharusnya mengajak kita berdialog, baik terbuka maupun tertutup, dengan syarat siapa yang lebih kuat dalilnya harus diikuti. Bukan siapa yang kuat duitnya, dialah yang menang! Dan bagi media massa hendaknya adil dan berimbang dalam menurunkan beritanya, agar tidak menyesal di kemudian hari.


Muqoddimah



Segala puji bagi Allah. Kami memujiNya dan memohon pertolonganNya serta memohon ampunanNya. Kami berlindung kepada Allah SWT dari keburukan diri kami dan kejelekan amal-amal kami. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada sesuatupun yang akan menyesatkannya, dan barangsiapa disesatkan oleh Allah, maka tiada sesuatupun yang mampu memberinya petunjuk. Kami bersaksi tiada ilah (yang patut diibadahi) selain Allah, yang maha Esa dan tiada sekutu bagiNya, dan Kamipun bersaksi, bahwa Muhammad SAW adalah hambaNya dan utusanNya, tiada lagi nabi sesudahnya.

Sebaik-baik argumentasi adalah kitabullah (Al-Qur'an yang mulia) dan sunnah (ucapan dan perbuatan) rasulullah SAW. Dan seburuk-buruk argumentasi adalah yang di ada-ada kan (dari urusan bid'ah). Sesungguhnya setiap yang diada-adakan adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.

Allah SWT berfirman

1. (QS Muhammad(47) : ayat 7 : " Wahai Orang-orang yang beriman, apabila kalian menolong (agama) Allah, niscaya Diapun akan menolong kalian, dan meneguhkan kedudukan kalian (di muka bumi dan di akhirat kelak) "

2. (QS Ash-Shaaf(61) : ayat 14 : " Wahai Orang-orang yang beriman, jadilah kalian penolong-penolong (agama) Allah, sebagaimana Isa putera Maryam telah bersabda kepada pengikut-pengikut setianya : 'Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku dalam menegakkan agama Allah ?' Lalu pengikut-pengikut setianya menjawab : ' Kamilah penolong-penolong agama Allah' Kemudian segolongan dari kaum bani Israil beriman, dan sebagian lainnya ingkar. Kami berikan kekuatan pada orang-orang beriman, dalam menghadapi musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang "

3. (QS Al-Anfal(8) : ayat 24 : " Wahai Orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan rasul, apabila rasul menyeru kalian kepada sesuatu yang memberikan kehidupan* pada kalian.Dan ketahuilah bahwasanya Allah membatasi manusia dengan hatinya (Allah menguasai hati manusia). Dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kalian akan dikembalikan" ( * maksudnya menyeru kalian berjihad, untuk meninggikan kalimat Allah yang dapat mengalahkan musuh, serta menghidupkan Islam dan kaum muslimin. Atau dapat juga berma'na, menyeru kepada iman, petunjuk, dan jihad, serta segala sesuatu yang berhubungan dengan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat)

4. (QS Al-Anfal(8) : ayat 27-28 : " Wahai Orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan rasul (Muhammad SAW), dan janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui" : " Dan ketahuilah, bahwa (sesungguhnya) hartamu dan anak-anakmu hanyalah sebagai cobaan (fitnah), sesungguhnya disisi Allah-lah pahala yang besar "

Marilah kita menjadi penolong-penolong (agama) Allah, dengan menegakkan syariat / ajaran Allah, yaitu agama Islam, secara benar dan menyeluruh.



Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (At-Taubah:100)